Ahmad Khoiron Minan
(18204090035)
Abstrak
Agama salah satu jalan manusia untuk menggapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam sebagai salah satu agama samawai
(agama langit) adalah satu agama yang didalamnya tidak hanya agama yang hanya
berkutat pada permasalah-permasalah akhirat, melainkan juga permasalah dunia,
salah satunya hubungan dengan sesama makhluk. Kepedulian sosial menajadi salah
salah satu pokok ajaran Islam. Intekasi sosial tersebut timbulah
fenomena-fenoma yang tejadi di masyarakat. Oleh sebab itu dalam memecahkan
masalah tersebut perlu adanya pedekatan untuk memahami agama. Dalam tulisa ini
penulis akan memaparkan tentang pemahamn Islam melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan sosiologi dan pedekatan historis. Pembahasan yang akan ditulis
sesuai dengan standar minimal pemehaman sebuah keilmuan, yang meliputi
pengertian, ruang lingkup dan penerapan terhadap kajian keislaman.
Kata Kunci: Islam, Pendekatan, Historis, Sosiologi
Pendahuluan
Islam secara epistemologi berasal dari bahasa arab yaitu salima,
yang memiliki makna selamat, sentosa, damai, tunduk dan berserah. Sedangkan
secara terminologis menurut Harun Nasution, Islam adalah agama yang
ajaran-ajarannya di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai Rasul, yang
berasal dari Tuhan (Allah), yang kemudian disampaikan untuk seluruh umat
manusia. Islam sebagai agama yang diyakini mengandung berbagai petunjuk ideal
bagi hidup manusia sebagaimana yang telah disebutkan dalam sember ajaran
utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Menurut Fazlur Rahman Al-Qur’an sebagai
salah satu sumber ajaran Islam menekankan pada monoteisme atau kepercayaan
terhadap satu Tuhan dan perhatiannya terhadap kehidupan dan kesejahteraan
sosial
Ajaran Islam sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan Al Hadits, sebagain bertemakan tentang kepedulian sosial, ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jalauddin Rahmat, yang
menyimpulkan empat hal tetang kepedulian sosial, pertama, dalam Al-Qur’an
dan Hadits urusan sosial memiliki pembahasan dan penjelasan terbesar, kedua,
jika dalam pelaksanaan urusan ibadah bersamaan dengan urusan muamalah maka,
urusan ibadah boleh di tangguhkan (bukan berarti ditinggalkan, yang artinya
menyelasaikan urusan muamalah terlebih dahulu), ketiga, ibadah yang
mencakup segia kemasyarakatan atau mempuyai cakupan untuk banyak orang memiliki
ganjaran yang lebih besar daripada ibadah yang dilakukan oleh perseorangan, empat,
ibadah perseorangan yang dilakukan tidak sesuai dengan tutunan atau tidak
sempurna atau batal, maka tebusannya melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
masalah sosial.
Oleh sebab itu, untuk memahamai ajaran agama secara utuh
( komperhensif) maka perlu adanya sebuah metode atau pendektan, akan tetapi pendektakan
tersebut seharusnya tidak terfokus pada satu sudut pandanga saja, melainkan
harus dengan pendekatan yang lain. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Islam
merupakan agama yang kompleks karena didalamnya mengandung berbagai hukum dan
aturan tentang persoalan fiqih, pemikiran, ilmu pegetahuan, teknologi, sejarah,
ekonomi, politik pendidikan dan lain sebagainya. Disinilah perlu adanya
pendekata yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai analisis terhadap
kemacetan atau penyimpangan akal pikiran dan budaya manusiawi serta ajaran
Islam sekaligus. Pendektana dalam studi Islam adalah sebagai pisau bedah dalam
mengakaji Islam lebih dalam dan untuk menjawab permasalah yang ada sesuai
dengan kondisi sosial kultural yang ada di masayarakat.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan sedikit
mememberikan gambaran tentang dua pendektakan yang telah di sebutkan disebutkan
diatas yaitu pendekatan historis dan pendekatan sosiologis dalam studi Islam.
Dengan memenuhi stardar minimal dalam pemahaman keilmuan yang meliputi
pengertian dari masing-masing pendekatan keilmuan, objek kajian dari
masing-masing pendekatan dan bagaimana penerapannya dalam kajian ilmu
keislaman.
Pembahasan
Pengertian Pendekatan Sosiologi
Sosiologi secara etimologi berasal dari bahasa Latin, yang terdiri dari
kata socius yang mempunyai arti teman dan logos yang artinya ilmu atau
teman bicara. Jadi sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang
masyarakat. Sedangkan secara terminologi sosiologi mengandung beberapa
pengertian seperti berikut:
1. Sosiologi adalah sebuah disiplin ilmu yang luas dan
mencakup berbagai hal dan setiap jenis sosiologi mempunyai sesuatu yang
dipelajari dengan tujuan yang berbeda.
2. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia
hubungan manusia dengan kelompok-kelompok dengan kelompok baik formal maupun
nonformal baik statis maupun dinamis[1]
Sehingga dari etimologi dan terminologi di atas dapat dikatakan, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan bersama yang ada dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. sosiologi
mencoba untuk memahami sifat dan maksud itu bersama cara terbentuk dan tumbuh
serta berhubungan kelompok-kelompok hidup itu secara kepercayaan, yang artinya
sosiologi adalah sebuah ilmu yang mencoba untuk menggambarkan keadaan
masyarakat lengkap dengan struktur lapisan serta berbagai gejala sosial yang
saling berkaitan.
Pada dasarnya sosiologi dapat
dipahami sebagai sebuah Ilmu yang mempelajari kehidupan sosial manusia dalam
tatanan kehidupan bersama. Ilmu ini mencoba untuk memusatkan telaahnya pada
kehidupan kelompok dan tingkah laku sosial yang lengkap dengan produk-produk
kehidupannya. Sosiologi tidak tertarik dengan masalah-masalah yang sifatnya
mikro (kecil) pribadi dan unik tetapi sebaliknya sosiologi lebih tertarik pada
masalah-masalah yang sifatnya makro atau besar dan substansial mencakup konteks
budaya yang luas.[2]
Secara umum disiplin ilmu sosiologi dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
sosiologi yang bersifat murni dan sosiologi yang bersifat terapan. Sosiologi
murni, merupakan kumpulan pengetahuan sains yang telah diperoleh dan melalui
proses akumulasi yang tujuannya hanya sebagai ilmu pengetahuan tanpa memikirkan
apakah ilmu tersebut itu penting atau tidak berguna atau tidak. Sedangkan
Sosiologi terapan adalah sosiologi yang berawal dari ilmu murni yang
berhubungan dengan dasar penyelidikan pengetahuan teoritis yang maju Sehingga
dalam hal ini sosiologi terapan lebih mementingkan aplikasi sebuah ilmu
terhadap masalah praktis yang telah ditimbulkan manusia.
Sosiologi agama adalah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari
watak masyarakat agama secara sosiologi guna mencapai keterangan keterangan
ilmiah yang pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat
luas pada umumnya. Sosiologi agama sangat penting dipahami karena sebagian
besar ajaran agama terutama Islam mencakup masalah-masalah sosial sehingga
mendorong kaum agama untuk memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk
memahami agamanya.
Sedangkan pendekatan sosiologi
adalah suatu penelitian yang didasarkan pada sebuah metode yang tidak hanya
melihat berlaku dari manusia yang tampak, tetapi secara eksplisit maupun
implisit sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami
agama. Karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara
proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari sosiologi.
Dalam sosiologi agama terdapat
karakteristik-karakteristik sosiologi yang meliputi:
1.
Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnis.
2.
Kategori biososial, seperti seks gender, perkawinan keluarga, masa
kanak-kanak dan usia.
3.
Pola organisasi sosial, meliputi politik produksi ekonomi sistem-sistem
pertukaran dan birokrasi
4.
Proses sosial, seperti formasi batas
relasi intergroup interaksi persoalan penyimpangan dan globalisasi aneka
pendekatan studi agama[3]
Sedangkan dalam Islam,
pendekatan sosiologi mencoba untuk memahami Islam dari aspek sosial yang
berkembang di masyarakat seperti yang disebutkan di atas. Sosiologi agama
terutama dalam Islam dapat dipahami dengan mudah karena agama itu sendiri
diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-qur’an sendiri misalkan kita jumpai
ayat-ayat yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab
yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa, sebab yang menyebabkan
terjadinya kesalahan semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang
memahami dan mengetahui secara sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.
Ruang
Lingkup Sosiologi
Sosiologi secaraumum memiliki ruang lingkup yaitu tingkah atau prilaku
manusia dalam bermasyarakat dan berbudaya. Sosiologi secara mikro, lebih fokus
mempelajari perlaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangun oleh
manusia seperti keluarga, suku, bangsa, komunitas, agama, politik, dan lain
sebaginya. Ruang lingkup sosiologi secara makro menelusri asal-usul pertumbuhan
serta pengaruhnya terhadap lingkungan anggotnya.
Objek sosiologi adalah
masyarakat. Pengertian masyarakat secara umum adalah sejumlah manusia yang
hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga
melahirkan budaya dengan satu kesatuan kriteria dalam memiliki system hidup
bersama. Hubungan yang menjadi pembahasan adalah hubungan kekerabatan, hubungan
pergaulan, hubungan kerja, hubungan pemerintahan, hubungan formal dan informal,
hubungan alumni dan lain sebagainya. Setiap orang pasti memahami lingkup kajian
sosiologi baik secara sadar maupun tidak.
Secara umum, pokok bahasan
dalam sosiologi dibedakan menjadi empat:
1.
Fakta Sosilal
2.
Tindakan Sosial
3.
Khayalan Sosialogis
4.
Relaitas Sosial
Pergeseran tema pusat kajian
sosiologi agama klasik dengan kajian sosiologi agama modern. Interaksi timbal
balik antara agama dan masyarakat, bagaimana agama mempengaruhi masyarakat dan
masyarakat mempengaruhi pemikiran serta pemahaman agama merupakan tema inti
kajian pada masa klasik. Sedangkan pada era modern inti kajian sosiologi agama
hanya terletak pada satu arah, yakni bagaimana agama mempengaruhi masyarakat.
Dalam hal ini kajian sosiologi Islam lebih dekat dengan model penelitian agama
klasik, berupa kajian interaksi timbal balik antar agama dengan masyarakat.[4]
Pendekatan sosiologi dalam agama, menurut M. Atho’ Mudzahr terbagi dari
beberapa ruang lingkup:
1.
Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat
2.
Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman
ajaran atau konsep keagamaan.
3.
Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat.
4.
Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim.
5.
Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat melemahkan
atau menjunjung kehidupan beragama.[5]
Sedangkan Ibnu Khaldun, dala
kitab Mukaddimah, memaparkan setidaknya terdapat enam topik ruang lingkup
pendekatan sosiologi, antara lain:
1.
Tentang masyarakat secara keseluruhan dan jenis-jenisnya dan perimbangan di
bumi, sosiologi umum.
2.
Tentang masyarakat pengembara dengan menyebut kabilah-kabilah dan etnis
yang biadab, sosiologi pedesaan.
3.
Tentang negara, khilafah dan pergantian sultan-sultan, sosiologi politik.
4.
Tentang masyarakat yang menetap, negeri-negeri kota, sosiologi kota.
5.
Tentang pertukangan, kehidupan, penghasilan dan aspek-aspeknya, sosiologi
industri.
6.
Tentang ilmu pengetahuan, cara memperoleh dan mengajarkannya, sosiologi
pendidikan.
Dalam
pendekatan sosiologi, terdapat beberapa teori yang digunakan untuk mempermudah
dalam penelitian sosiologi, antara lain sebagai berikut:
1. Teori Fungsionalis
2.
Teori Interaksionisme
3. Teori Pertukaran
4. Teori konflik
Menurut Soerjono Soekamto
terdapat dua metode yang digunakan dalam sosiologi yaitu:
a.
Metode Kualitatif
Metode
kualitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan-bahan yang sukar diukur
dengan angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak walaupun data atau bahan
tersebut nyata adanya. Ada beberapa jenis dalam metode kualitatif ini:
1)
Metode historis, metode yang menggunakan analisis atas peristiwa atau
kejadian yang terjadi pada masa lampau.
2)
Metode komparatif, metode yang mengutamakan perbandingan antar masyarakat
agar terlihat perbedaan dan persamaan antar kejadian yang terjadi di
masyarakat.
3)
Metode studi kasus, metode pengamatan suatu kejadian yang terjadi pada
masyarakat setempat, baik individu atau kelompok.
b.
Metode Kuantitatif
Metode
kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan bahan-bahan penelitian berupa
angka-angka sehingga dapat diukur dengan skala, neraca, indeks, tabel dan formula.
Penerapan Pendekatan Sosiologi dalam Kajian
Islam
Penerapan
pendekatan sosiologi dalam dalam pendekatan memahami agama terutama agama Islam
dapat dicontohkan dalam Alquran seperti peristiwa yang dialami oleh Nabi Yusuf
yang awalnya seorang budak kemudian pada akhirnya menjadi penguasa Mesir dan
kisah Nabi Musa yang dibantu oleh Nabi Harun dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
tinjauan sosiologi maka dapat dijelaskan tentang peristiwa-peristiwa tersebut
dalam kajian sosial masyarakat pada waktu itu.
Salah satu soslusi yang ditawarkan agama ketika sedang dilanda sebuah
permaslaha adalah dengan adanya proses sosial yaitu musyawarah. Jadi dalam hal
ini agama tidak menyarakan untuk pemecahan secara individu, melainkan butuh
pemecahan masalah dengan cara beinteraksi antara sesama manusia. Ini
membuktikan bahwa agama juga meletakan hal-hal sosial pada nilai tertinggi
dalam sebuah musyawarah yang masuk dalam tatanan bersosial. Islam juga
membedakan antara hubungan mereka dengan Allah dan hubungan mereka dengan
sesama makhluk. Ketika mereka melakukan kesalahan yang sifatya kepada Allah,
maka cukuplah ia bertaubat kepada Allah. Akan tetapi ketika kesalahan itu
berhubungan dengan sesama makhluk, maka selain meminta ampunan dari Allah, hal
yang lebih utama adalah meminta maaf dengan sesama makhluk. Ini membuktikan
bahwa Islam sebagai salah satu agama yang sangat menjaga etika dan tingkah laku
dalam bersosial oleh karena itu pendekatan sosiologi sangat diperlukan dalam
mehamai dan menjaga etika dalam bersosial
Selain beberapa
penerapan diatas, Pertama, menurut penulis pendekatan sosiologi dalam
Islam, bisa digunakan untuk memahami hukum-hukum Allah yang diturunkan
hambanya. Kedua, Aplikasi pendekatan sosiologi juga dapat digunakan
untuk memahami yang berkenaan tentang agama sebagai salah satu pengaruh dalam
masyarakat. Dalam hal ini seperti kelebihan laki laki atas perempuan. Ketiga,
aplikasi selanjutnya berkenaan tentang bagaimana agama mampu menyesuaikan
dengan kadar ke keilmuan dan kadar pemahaman ajaran Islam, dala hal ini dicontohkan adalah adanya perbedaan
antara isi kandungan ayat makkiyah dan ayat madaniyah.
Pendekatan Historis
Historis dalam kamus bersar bahasa Inggris yang berasa
dari kata history yang artinya sejarah atau peristiwa. Sedangkan kata history
berasa yunani yaitu istorai, yang mempunyai makna untuk menjelaskan
tentang gejala-gejala terutama ikhwal manusia dalam urutan kronologis.[6]
Sedangkan sejarah merupakan serapan dari kata bahasa arab yaitu syajarah
yang memiliki arti pohon, yang merujuk pada syajaratun nasab berarti
pohon silsilah atau pohon genealogi, yakni urutan silsilah dalam satu keluarga
besar. Dalam literatur bahasa Islam/ Arab secara umum kata sejarah dikenal
dengan isltilah tarikh, yang menurut Ibnu Madzur mengartikan sebagai
catatan tentang waktu atau peristiwa. Secara umum sejarah merupakan studi
manusia pada masa lalu, dan menempatkan manusia sebagai masyarakat sosial dan
bukan sebagai spesies, sehigga dalam sebuah peritiswa sejarah terdapat sebuah
hasil dari proses atau peristiwa sejarah.
Secara terminologi, sejarah merupakan kisah dan peristiwa
masa lampau umat manusia, baik yang berhubungan dengan peristiwa politik,
sosial, ekonomi manupun gejala alam. Dari penjelasan diatas dapat ditarik
sebuah pemahaman bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa
lampau yang dialami oleh manusia dengan segala dimensinya. Dengan demikian
unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa, waktu dan pelaku (dalam
hal ini manusia) ditambah dengan adanya daya kritis dari para peneliti sejarah,
daya kitis dalam hal ini dengan menggunakan metode yang sesuai dengan penelitai
sejarah. Dengan kata lain hal-hal yang penting yang harus di pertanyakan dalam
sejarah adalah terdapat objek peristiwa (what), orang yang melakukan (who),
waktunya (when), tempatnya (where), dan latar belakang dari
kejadian tersebut (why). Seluruh bagian tersebut kemudian disusun secara
sistematis dan menghubungkan antara satu bagian dengan bagian yang lain.[7]
Dalam ilmu sejarah tedapat dua unsur yang mendapatakan
perhatian penting yaitu waktu dan peristiwa, sedangkan elemen yang tidak kalah
penting dalam sejarah adalah pelaku dalam hal ini manusia, tempat dan sebab
sebuah peristiwa.[8]
Unsur utama dan penting dalam sejarah adalah waktu, yang di dalamnya mengandung
perkembangan, kesinambungan, pengulangan atau perubahan. Dalam waktu inilah
kemudian muncul sebuah kronologi dari terjadinya suatu perstiwa-peristiwa.
Waktu dan kronologi inilah yang menjadai perhatian utama bagi para sejarawan,
karena kronologi menajadi sebuah penentu sebuah priodesasi. Dengan adanya
priodesasi para sejarawan mampu memetakan suatu peristiwa sejarah agar mudah
dipahami oleh pembaca dan mempermudah dalam hal penelitian sejarah.
Unsur penting kedua dalam sejarah adalah peristiwa atau
kejadian, dalam sebuah peristiwa terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, peristiwa tersebut harus diletakan sebagai
sesuatu yang secara koheren dan berkesimabungan berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang lain. Kedua, sebauh peristiwa harus berkaitan
dengan sesuatu atau seseorang sebagai pelaku sejarah untuk memahami secara
spesifik peristiwa tersebut. Ketiga, upaya pemahaman terhadap suatu
peristiwa dan korelasinya sehingga melaihirkan sebuah pemahaman yang tidak
hanya dipahami oleh seorang penulis melainkan juga pembaca.
Berbagai sejarawan berpendapat mengenai pengertian
sejarah. Donald V. Gawronski berpendapat bahwa sejarah merupakan upaya
intrpretasi terhadap segala sesuatu seputar kehidupan manusia dan juga
masyarakat, yang tujuan pokonya adalah untuk mengembangkan pemahaman terhadap
aktifitas manusia bukan hanya terjadi pada masa lalu tapi juga masa sekarang. Sedangkan
salah satu ilmuan muslim Ali Syari’ati berpendapat bahwa sejarah merupakan
sebuah realitas ilmiyah yang bergerak berdasarkan hukum-hukum ilmiyah yang
pasti.[9] sehingga
sejarah memiliki tujuan pokok yaitu mahami dan memberi makna terhadap peristiwa
dan kejadian masa lampau untuk kemudian mampu mempengaruhi masa depan agar
lebih baik. Dari berbagai pendapat dan pemahaman dari para tokoh tentang
pengertian sejarah, maka dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa sejarah
merupakan suatu limu yang berusaha untuk memahami tentang peristiwa yang
dialami oleh masyarakat atau manusia sebagai sebuha individu, bukan hanya yang
terjadi pada masa lalu tetapi juga masa kini tetapi juga masa kini dan
sekaligus dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada masa mendatang
Historis atau sejarah seperti yang telah dipaparkan
diatas adalah ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa yang memperhatikan
tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut[10]
untuk kemudian mampu diambil sebuah pelajaran atau hikmah sehingga mampu
digunakan pada masa mendatang atau memprediksi masa yang akan datang. Sedangka
pendekatan historis adalah penelaahan atau cara pandang untuk meihat peristiwa
dimasa lampau dengan analisis rekontruksi sejarah secara sistematis berdasarkan
data atau fakta bukti sejarah untuk mengungkap peristiwa sejarah secara ilmiah.
Sehingga jika pendekatan sejarah diterapkan dalam studi Islam maka dapat
digunakan untuk memahami dan membahas secara mendalam tentang seluk beluk yang
berkenaan dengan agama Islam, baik berupa ajaran atau praktik-praktik keagamaan
dalam kehidupan sehari, sepanjang sejarah perkembangan umat Islam.
Pendekatan sejarah termasuk pendekatan yang amat
dibutuhkan bagi studi Islam, karena Islam datang dengan dalam situsi yang
konkrit yang berkaitan dengan kondisi masyarakat, oleh sebab itu dengan
pendekatan sejarah kita diajak untuk menyelami Islam sesuai dengan kondisi dan
situasi masyarakat yang ada. Selain itu pentingnya pendekatan ini, mengingat
rata-rata disiplin keilmuan Islam tidak lepas dari peristiwa sejarah. Melalui
pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan sebenarnya yang
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Misalkan seseorang ingin mememahami
makna al-Qur’an misalnya, maka seseorang harus memahamai atau minimal mengetahu
sebab-sebab turunnya ayat atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat
yang kemudian lebih dikenal dengam Asbab al- Nuzul, sehingga dengan ilmu
ini seseorang bisa memahami hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang
berkenaan dengan hukum-hukum tertentu, yang tujukan untuk memelihara syari’at
dari kekeliruan memahaminya.[11]
Dengan adanya pendekatan sejarah dalam pendekatan studi
Islam, maka diharapakan agar mampu memberikan motivasi atau semangat keilmuan
untuk meneliti berbagai peristiwa masa lampau yang berkenaan dengan kajian
Islam di berbagai disiplin ilmu, dengan adanya penemuan baru tersebut
diharapakan mampu untuk membuk tabir kedinamisan dalam mengamalkan ajaran
dengan murni dan tentunya menyesuaikan dengan keadaan yang ada, mengingat dalam
pendekatan historis mempunyai cara tersendiri dalam meilhat masa lalu yang
tujuannya untuk menata masa sekarang dan masa yang akan datang.
Ruang Lingkup Pendekatan Hstoris
Untuk
mengetahui ruang lingkup pendekatan sejarah dalam studi Islam maka, terlebih
dahulu kita harus memahami tetang objek kajian yang dibahas dalam sejarah.
Secara garis besar, objek kajian sejarah adalah segala aspek yang ditinggalkan
manusia di masa lampau, baik secara individu maupun sosial komunal, berbetuk
fisik maupaun non fisik. Dalam istilah lain, objek kajian sejarah adalah bentuk
dari sebuah kebudayaan manusai itu sendiri, yang mencakup aspek dan bentuknya
dalam waktu (masa) dan ruang tempat tertentu di masa lampau. Maka dalam hal ini
objek kajian sejarah Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan dalam dalam segmen sejarah lainnya.
Pedekatan sejarah dalam studi Islam lebih mengoritasikan
pada pemahaman atau penafsiran fakta-fakata sejarah, sehingga sejarah tersebut
sebagai sebuat metode analisa dalam sebuah peristiwa, karena sejarah tersebut
dapat menyajian sebuah gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulanya
sebuah peristiwa. Maka dengan Islam sebagai sasaran penelitian maka harus
dijelaskan sesuai dengan fakta-fakta yang berhubungan dengan waktu, sebagaimana
produk sejarah lainnya.
Kajian tentang keislaman, menjadi kajian yang hangat
untuk diperbincangkan di era moderen sekarag, karena pergumulannya tak pernah
kujung selesai sampai kapanpun, yakni dari aspek historis-empiris partikular
dari agama-agama dan aspek-aspek makna keberagaman umat manusia yang mendasar
dan universal trandental. Sehingga dalam yang historis empiris, agama selalu
menjadi bagian dari setting historis dan sosial komunitasnya.[12]
Untuk lebih memahami tentang pendekatan historis dalam kajian Islam maka perlu
adaya pemaparan mengenai ruang lingkup tentang kajian historis, diataranya:
1.
Islam sebagai dokrin dari Tuhan.
2.
Islam sebagai gejala budaya.
3.
Islam sebagai interaksi sosial.
4.
Islam sebagai produk historis.
5.
Sejarah sebagai sebuah peristiwa
Akan tetapi dalam pendapat lain, dalam kajian historis
memiliki ruang lingkup yang lain, berkembanganya cakupan ruang lingkup dalam
kajian historis dikarenakan Islam sebagai agama yang telah berkembang kurang
lebih selama 14 abad memiliki cakupan sejarah yang cukup luas sehingga perlu
adanya kajian lebih mendalam dan meilhat dari berbagai sudut pandang. Secara
garis besar ruang lingkup dalam kajian historis mencakup masalah-masalah
ajaran, pemikiran, sosial, politik, ekonomi, budaya sebagai sebuah objek kajian
secara meteril dalam sejarah Islam. Selain itu dalam sebuah peristiwa sejarah,
para sejarawan memberikan perincian mengenai objek kajian sebuah peristiwa
sejarah, yaitu:
1.
Aktor dan aktivitasnnya (pemikiran dan hasil karyannya)
2.
Peristiwa tertentu (kelahiran, perilaku, peristiwa,
kebudayaan dll)
3.
Agama, keyakinan-keyakinan manusia (masyarakat) dan apa
yang dialami dalam pengalam pengalam keagamaan
4.
Pengungkapan sejarah terkait pada penalaran atas fakta
sejarah.
Sedangkan objek
kajian pada pembahasan sejarah dan peradaban Islam, antara lain:
1. Sejarah, meliputi sejarah berdasarkan priode
2. Peradaban Islam, meliputi arsitektur Islam,
ornamen Islam, arekeologi Islam, keilmuan Islam
Dalam pendekatan historis terdapat berbagai teori yang
dapat digunakan dalam kajian Islam yaitu:
1.
Idealist Approach adalah seseorang peneliti yang berusaha untuk memahami
dan menafsirkan fakta sejarah dengan mempercayai secara penuh fakta yang ada
tanpa keraguan.
2.
Reductionlist Aprouch adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan
menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan.
3.
Diakronik adalah penelusuran sejarah dan perkembangan suatu
fenomena yang diteliti.
4.
Sinkronik adalah kontekstulaisasi atau sosiologi kehidupan yang
mengitari sosiologi kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang diteliti.
5.
Sistem nilai adalah sistem nilai atau budayasang tokoh
dan dimana dia hidup
Metode yang
digunakan dalam pendekatan Historis Menurut
Nugroho Notosusanto, sebagaimana dikutip oleh
Deliman metode sejarah dibagi atas empat kelompok kegiatan, yakni[13]
1.
Heuristik ialah kegiatan menghimpun sumber-sumber sejarah. Tugas merekontruksi
sejarah masa lampau ini dimulai dengan mengumpulkan sumber-sumber sejarah.
2.
Kritik adalah tahapan dimana setelah mendapatkan
data-data yang bisa menjadi acuan dalam penelitian ini, penulis memilah-memilah
mana data yang sesuai dengan ruang lingkup yang akan dibahas. Kritik terdapat 2
macam yaitu:
a.
Kritik interen
b.
kritik eksteren
3.
Intrepretasi adalah upaya penafsiran atas
fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekontruksi realitas masa lampau. Atau dalam
artian menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta (fact) atau bukti sejarah (evidences).[14]
4.
Penulisan sejarah (Historiografi) Tahapan ini adalah penyusuna dari hasil-hasil
penafsiran yang didapatkan dari sumber-sumber sejarah yang diperoleh dalam
bentuk tertulis.
Aplikasi Pendekatan Historis dalam Kajian
Islam.
Melalui
pendekatan historis ini seseorang yang belajar agama akan diajak untuk
menelusuri ajaran Islam dari alam idealis ke alam bersifat empiris dan
mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarasan antara alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan historis ini sangat dibutuhkan
dalam memahami agama (Islam) karena agama (Islam) itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan
dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Penerapan
pendekatan historis dapat dilakukan dengan untuk menjawab fenomena fenomena
yang terjadi di masyarakat:
1. Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak)
2. Raka’at Shalat Tarawih
3. Tradisi Ziarah Kubur
Kesimpulan
Pendekatan sosiologi adalah suatu penelitian yang didasarkan pada sebuah
metode yang tidak hanya melihat berlaku dari manusia yang tampak, tetapi secara
eksplisit maupun implisit. Sedangka pendekatan historis adalah penelaahan atau cara pandang untuk
meihat peristiwa dimasa lampau dengan analisis rekontruksi sejarah secara
sistematis berdasarkan data atau fakta bukti sejarah untuk mengungkap peristiwa
sejarah secara ilmiah. Ruang Lingkup pendekatan sosial meliputi
interaksi-interaski yang terjadi dan dilakukan oleh individu, masyarakat, atau
kelompok. Menafsirkan fenomen keagamaan dengan menggunakan sosiologi.
Sedangkan pendektan sejarah berfokus pada bagaimana
menjawab fenomena yang ada dengan metode historis, jadi ruang lingkupnya
bagaimana melihat agama dengan kacama sejarah atau historis. dengan memperhatikan
waktu, tempat, peristiwa, aktor dan konteks yang ada. Penerapan pengkajian
sosiologi dalam kajian Islam seperti adanya pemahaman erhadap beberapa
kisah-kisah yang tertuanng dalam Al-Qur’an seperti kisah kisah Nabi Musa dan
Nabi Yusuf yang juga tidak lepas dari konteks sosial. Menggunakan pendekatan
historis kita tidak akan terjerumus dalam pemahaman-pemahaman agama secara
rasio saja melainkan kita punya cara berfikir lain yaitu empiris dalam memahami
fenomena agama yang ada, seperti dalam hal ini adanya fenomena nikah muat’ah
dan perbedaan pandangan tentang rakaan shalat witir yang sepertinya selalu
hangat untuk diperbincangkan, diluar itu sebenarnya masih banyak lagi seperti hukium
ziarah kubur dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Abdullah, Amin.
2006. Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif dan
Interkonektif. Yogyakarta: Pelajar.
Arfa, Ananad,
Faisal. Syam, Syafruddin. A. N. Syukri, Muhammad. 2015. Motodologi Studi
Islam: Jalan Tengah Memahami Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Bakaer, Anton.
dan Zubair, Charis, A. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius.
C. Richard,
Martin. 2002. Pendekatan kajian Islam dalan Studi Islam. Surakarta:
Muhammadiyah University Perss.
Connolly,
Peter. 2012. Aneka Study Pendekatan Agama. Yogyakarta: LkiS.
Kartono,
Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Research. Bandung: Alumni.
Minhaji, Akh.
2013. Sejarah Sosial dalam Studi Islam: Toeri, Metodologi dan Implementai. Yogyakarta:
Suka Press.
Mudzhar, Atho.
2000. Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi. Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press.
Natta Abuddin.
1999. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Garfindo.
Renier, G.J.
1997. Metodologi dan Manfaat Ilmu Sejarah, Terj. Muin Umar. Yogykarta:
Pustaka Pelajar.
Soyomukti,
Nurani. 2016. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sudarto. 1996.
Metodologi Peneltian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo persada
Sugiyono.
2006. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, klualtatif dan
R&D). Bandung: Afabeta. 2006.
ZA, Tabrani.
2015. Arah Arah baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Ombak Dua.
[1] Faisal Ananad Arfa, Syafruddin Syam, Muhammad Syukri A.
N., Islam: Jalan Tengah Memahami Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2015), 154..
[2] Tabrani ZA,
Arah Arah baru Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Ombak Dua, 2015157.
[3] Peter
Connolly, Aneka Study Pendekatan Agama, (Yogyakarta: LKiS, 2012). 283.
[4] Atho
Mudzhar, Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi, Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2000, hal. 241.
[5] Atho
Mudzhar, Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi, (Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2000), 241.
[6] Faisal
Ananad Arfa, Syafruddin Syam, Muhammad Syukri A. N., Motodologi Studi Islam:
Jalan Tengah Memahami Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2015), 132.
[7] Ibid., 133.
[8] Akh.
Minhaji, Sejarah Sosial dalam Studi Islam: Toeri, Metodologi dan
Implementai, (Yogyakarta: Suka Press, 2013). 15.
[9] Ibid., 19.
[10] Abuddin
Natta, Metodologi......, 46.
[11] Tabrani ZA,
Arah Arah baru Metodologi......, 189.
[12] Martin
Richard C., pendekatan kajian Islam dalan Studi Islam, (Surakarta: Muhammadiyah
University Perss, 2002), 3.
[13] A.
Daliman, Metode Penelitian Sejarah,
(Yogyakarta: Ombak, 2015), h.28.
[14] A. Daliman,
Metode Penelitian Sejarah, h.81.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar