Ahmad Khoiron Minan
minansendang@gmail.com
I.
Pendahuluan
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, philia yang
mempunyai arti cinta dan shopia yang mempunyai makna kebijaksanaan.[1] Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat
secara etimologi adalah (love of
wisdome) atau cinta kebijaksanaan. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI), filsafat diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat dari segala yang ada, sebab, asal dan
hukumnya. Selain itu filsafat juga merupakan teori yang mendasari alam pikiran
atau suatu kegiatan yang berintikan pada logika, estetika, metafisik dan
estimologi.[2]
Oleh karena itu filsafat merupakan cara berfikir secara sistematis, sedangkang
kagiatan filsafat adalah merenung untuk mencoba menyusun suatu sistem
pengetahuan secara rasionalitas.[3]
Filsafat merupakan sesuatu yang berada diantara sains dan teologi. Karena filsafat
mencoba untuk menjawab persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab oleh sains
atau ilmu pengetahuan dan juga persoalan yang tidak sepenuhnya mampu diyakinkan
oleh teologi sebagaimana abad-abad sebelumnya.[4]
Oleh karena itu sebelum lebih jauh mempelajari tentang filsafat, maka kita
diharuskan untuk mempelajari terlebih dahulu tentang sejarah filsafat. Sejarah
filsafat penting untuk dipelajari karena sesorang filusuf tidak dapat memahamami
filsafat tanpa mengetahui sejarah-sejarah para filusuf terdahulu, karena pada
dasarnya filusuf yang berfilsafat akan berangkat dari kritik terhadap pemikiran
filusuf-filusuf sebelumnya. Kita hanya dapat memahami pemikiran sang filusuf
jika kita memahami pemikiran-pemikiran filusuf sebelumnya.
Setelah memahami pentingnya mengetahui sejarah para filusuf terdahulu, maka
dengan alasan tersebut penulis mencoba untuk sedikit memparkan tentang sejarah
dan perkembagan ilmu filsafat di dunia barat dan sejarah perkembangan filsafat
di dunia Islam. Pembahasan yang cukup lusa ini akan penulis kategorikan menjadi
4 pembagian zaman yaitu kuno, pertengahan, moderen dan kontemporer. Dalam
setiap zaman akan penulis paparkan beberapa tokoh yang terkenal pada zamanya
serta pemikirannya, untuk sedikit memberikan gambaran tentang pemikiran yang
ada pada zaman tersebut.
II.
Pembahasan
Sejarah
Perkembangan Ilmu di Dunia Barat
Pada awal perkembangan filsafat di dunia barat, selalu memperdebatkan mengenai
sumber pengetahuan. Sebagian mengatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal
dari pemikiran logis dan deduktif melalui rasio manusia aliran ini dinamakan
dengan aliran rasionalisme, aliran kedua berpendapat bahwa pengetahuan berasal
dari pengamatan indrawi manusia atau lebih disebut dengan pengalaman dinamakan
aliran empirisme[5]
dan pada era moderen dicetuskan aliran baru yang dinamakan kritisisme yang
memberikan kritik terhadap keduanya (rasionalisme dan empirisme) dan memberikan
jalan tengah antara keduanya.
A.
Filsafat Yunani Kuno (600SM-500SM)
Perkembangan filsafat Yunani dimulai pada Abad
600 SM. Filsafat Yunani lahir dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi yang
dialami masyarakat Yunani pada saat itu, kondisi-kondisi tersebut menjadi salah
satu faktor terbesar munculnya filsafat Yunani.[6]
Kondisi tersebut antara lain:
1.
Mitologi
Sebelum lahirnya filsafat Yunani, masyarakat Yunani
sudah mengenal mitos atau cerita yang mirip dengan dengan dongeng , namun masih
menggunakan nuansa rasionalitas.[7]
Mite-mite tesebut berfungsi sebagai jawaban atas pertanyaan mengenai teka-teki
atau misteri alam semesta yang saat itu dialami langsung oleh masyarakat
Yunani, seperti mitologi tentang gempa bumi yang disebabkan oleh dewa Poseidon
yang merupakan dewa penjaga bumi yang sedang marah.[8]
2.
Kesusastraan
Sastra merupakan salah satu sendi kehidupan
yang dimiliki masyarakat Yunani sebelum datangnya filsafat. Kesenian atau
kesusastraan menjadi salah satu faktor pendukung filsafat dikarenakan sastra
hanya akan lahir dan berkembang dalam suatu masyarakat yang memiliki ketajaman
intelektual dan ketajaman perasaaan. Oleh karena itu dengan adanya sastra
membuat masayarakat Yunani mampu terasah perasaan dan kecerdasan untuk memahami
tentang kejadian-kejadian yang ada di alam semesta.
3.
Pengaruh ilmu pengetahuan dari Bangsa Timur
Para sejarawan telah sepakat bahwa salah satu
peradaban tertua bahkan sebelum Yunani adalah peradaban Mesir kuno yang
letaknya berada disepanjangb aliran sungai Nil. Mesir menjadi salah satu
peradaban yang mampu mengembangkan pemikiran intelektual, salah satunya adalah
perkembangan ilmu ukur yang digunakan untuk pengukuran ketinggian air sungai
Nil. Dengan mengetahui ketinggian suangi Nil, mereka dapat melakukan
perdangangan dan perjalanan menggunakan sungai Nil. Orang Yunani belajar
menggunakan ilmu seperti itu dari bangsa timur, tetapi mereka belajar tersebut
bukan hanya untuk tujuan praktis
melainkan juga teoritis.[9]
Dengan mengguanakan ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai nilai praktis tapi
dengan teoritis, maka ilmu pengetahuan mampu berkembang dengan pesat,
dikarenakan selalu ada pertanyaan-pertanyaan mengenai kejadian yang terjadi di
alam. Peradaban Mesir inilah yang menjadi salah satu sumbangan pemikiran
Filsafat yang ada di Yunani.
4.
Sosio Politik
Pemerintahan Yunani kuno merupakan salah satu
cikal bakal pemerintahan demokratis. Pemerintahan demokratis memiliki salah
satu ciri antara lain adalah setiap warga negaranya memiliki otonomi dalam
bidang hukum dan memeiliki kemerdekaan sebebas-bebasnya untuk mengemukakan
pendapat. Lingkungan yang sangat kondusif inilah yang membuat perkembangan
intelektual berkembang jauh pada masa Yunani Kuno.
Filusuf Alam
Sejarah perkembangan filsafat Yunani kuno diawali dengan
munculnya filsafat alam. Penamaan filsafat alam dikarenakan para filusuf
pertama Yunani berusaha mencari jawaban tentang asal-usul dan kejadian alam
semesta. Beberapa filusuf yang terkenal pada zaman ini yang membahas tentang
alam, antara lain
a.
Thales (624SM-546SM). Thales dianggap sebagai salah satu
filusuf pertama di Yunani. Gelar filusuf pertama itu diberikan oleh salah satu
filusuf yang bernama Aristoteles.[10]
Tahles merupakan salah satu filusuf pertama yang berusaha untuk menemukan asas
atau prinsip ( arkhe) alam semesta atau awal mula alam semesta. Menurutnya
prinsip awal alam semesta adalah air, dia berpendapat bahwa semua berawal dari
air dan akan berakhir menjadi air. Tidak akan ada kehidupan tanpa adanya air
dan tidak ada satu makhluk hidupun yang tidak mengandung air.[11]
b.
Anaximandors (610SM-546SM). Ia merupakan salah satu murid
Thales. Namun pendapatnya tentang prinsip alam semesta berbeda dengan gurunya,
ia berpendapat bahwa prinsip alam semesta bukanlah sesuatu yang dapat diamati
oleh pancaindra. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa prinsip atau arkhe adalah
to apeiron “yang tak terbatas”. Alasanya, bahwa sesuatu yang tampak atau
berbentuk fisik pasti akan berubah sedangkan yang berubah pasti bukan prinsip,
sedangkan to apeiron merupakan sifat ilahi dan tidak terubahkan dan meliputi
segala-galanya.
c.
Anaximenes (585SM-528SM). Ia mencoba mengkritis pendapat
filsafat sebelumnya, bahwa tidak mungkin perinsip alam semesta adalah yang tak
terbatas. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari hawa atau udara.[12]
Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak mungkin terlepas dari udara,
jika udara berkumpul sangat banyak maka akan menjadikannya awan, jika udara
basah maka ia menjadi air dan jika udara menjadi padat maka ia menjadi tanah.
Filusuf Ilmu Pasti
a.
Pytagoras (570SM-490SM). Pytagoras berpendapat bahwa
sejarah sesuatu yang ada di alam tidak lepas dari hitungan-hitungan. Oleh
karena itu kenyataan menurutnya dapat dicocokan dengan perhitungan perhitungan
atau kategori matematis.
b.
Herakleitos (535SM-475SM). Ia menfokuskan pemahamannya
mengenai metafisik. Ia berpendapat bahwa seluruh alam semsta ini tidak ada yang
mantap tanpa melalui perubahan, seperti api (panas) adalah lambang perubahan,
karena api dapat menjadikan air menjadi uap, kayu menjadi abu dan seterusnya.[13]
Filusuf Pluralis
a.
Empedokles (490SM-430SM). Ia berpendapat bahwa asal
pencipataan yang ada di dalam alam semesta tidak hanya terdiri dari satu unsur
saja tetapi terdiri dari berbagai unsur yaitu api, air, udara dan tanah. Setiap
komposisi yang berbeda akan menghasilkan unsur yang berbeda.
b.
Anaxagoras ( 500SM- 428). Ia perpendapat bahwa unsur
penciptaan tidak hanya berasal dari empat unsur yang sudah disebutkan Empedokles,
melainkan unsur tersebut terdiri dari berbagai unsur yang jumlahnya tak
tehingga dan masing masing unsur bercampur satu sama lain.[14]
Filusuf Para Sofis
a.
Socrates (470SM-399SM). Ia berpendapat bahwa kebenaran
bukanlah sesuatu yang subjektif dan relatif. Sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari terdapat perilaku yang baik dan tidak baik, yang pantas dan tidak
pantas. Penentu pantas atau tidak pantas dan baik atau buruk bukan berasal dari
pendapat atau argumentasi diri melainkan sesuatu yang sifatnya universal.[15]
Socrates menggunakan metode dialektika dalam menemuka pendapat tersebut, metode
dialektika atau berdialog yaitu dengan mendengarkan pendapat-pendapat atau
pernyataan yang diucapkan seseorang.
b.
Plato (427SM-347SM). Plato mencoba untuk mengkritik
tentang pendapat mengani pengetahuan sejati. Ia berpendapat bahwa pengetahuan
sejati bukan berasal dari pengamatan atau pengetahuan indra, melainkan berasal
dari rasio karena panca indra hanyalah cermin dari dunia ide. Plato juga
menyusun filsafat tentang manusia yang bersifat dualistik, yaitu terdiri dari tubuh
(benda) dan jiwa (ide-ide). Tubuh bersifat sementara sedangkan ide-ide bersifa
kekal mesikup tubunya sudah mati. Metode yang digunakan Plato dalam mendapatkan
pengetahuan yaitu dengan menggunakan metode deduktif yaitu cara berpikir yang
dimulai dari permis-permis umum yang ditarik kesimpulan-kesimpulan yang lebih
khusus. Palto dikatan sebagai bapak filusuf dunia karena Palto mampu
menggambarkan filsafat yang awalnya hanya sebagai pikiran di awang-awang, mampu
dijadikan sebagai ilmu yang mampu di terapkan dalam kehidupan melalui
metodenya.
c.
Aristoteles ( 384SM-322SM). Aristoteles merupakan salah
satu murid Plato, tetapi dalam pendapatnya ia menentang apa yang dikemukakan
oleh gurunya. Ia berpendapat bahwa pengetahuan bukan berasal dari ide-ide
tetapi berasal dari benda-benda yang dapat diamati. Untuk menemukan pendapat
ini Aristoteles menggunkan metode deduktif dimulai dari pengamatan-pengamatan
empiris dan ditarik kesimpulan yang mengenai objek-objek yang diamati. Dari
metode inilah ia mengembangkan sejumlah kajian yang menjadi cikal bakal ilmu
pengetahuan moderen seperti geografi, geologo, fisika, antomi dan lain
sebagainya.
B.
Filsafat Abad Pertengahan (400M-1500M)
Pada abad ini filsafat berfungsi sebagai alat
pembenaran terhadap agama. Sejauh filsafat yang melayani teologi maka ia bisa
diterima sedangkan filsafat yang bertentangan dengan gereja dianggap sesat.
Oleh sabab itu pada periode ini filsafat kurang bisa berkembang dikarenakan
kebebasan-kebebasan pemikiran dipangkas habis ketika pemikiran itu bertentangan
dengan gereja. Abad ini dianggap oleh para sejarawan sebagai abad kegelapan
filsafat di dunia Barat.[16]
Selain filsafat tetapi juga ilmu pengetahuan yang tidak bisa berkembang
dikarenakan adanya batasa-batasan oleh gereja salah satu contohnya adalah
Gilileo Galileni dinggap sebagai salah satu bapak astronomi dunia, yang dihukum
pancung, dikarenakan pendapatnya bertentangan dengan gereja. Pada masa ini
terdapat beberapa filusuf katolik antara lain
1.
John The Scot
John adalah salah satu filusuf yang paling
mengagumkan pada abad ke sembilan. Ia adalah filusuf berkebangsaan Iralndia,
yang mengikuti aliran Neoplatonis.[17]
Salah satu pendadapat John yang banyak ditentang oleh kalangan gereja adalah
pendapat tentang kebebasan, ia berpendapat bahwa filsafat mempunyai kedudukan
yang sama, bahkan lebih tinggi dari pada wahyu. Akal dan wahyu merupakan dua
sumber kebenaran, oleh karena itu kedunya tidak mungkin bertentangan, tetapi
apabila keduanya nampak bertentangan maka yang didahulukan adalah akal.[18]
Karya terbesar John adalah On the Divisions
of Nature, yang berisi tentang empat kelas penciptaan (Nature).
a.
Yang menciptakan dan tidak diciptakan (Tuhan)
b.
Yang menciptakan dan diciptakan (ide-ide yang ada dalam
diri Tuhan)
c.
Yang menciptakan tetapi tidak diciptakan (benda-benda
yang ada dalam ruang dan waktu)
d.
Yang tidak meciptakan dan tidak menciptakan (Tuhan bukan
sebagai pencipta, tetapi sebagai tujuan akhir dan tujuan segala sesuatu).[19]
2.
Thomas Aquinas ( 1225-1274)
Thomas merupakan salah satu filusuf skolastik
(abad Petengahan) terbesar pada masanya.[20] Thomas memiliki sejumlah pemikiran filsafat
tentang keberadaan Tuhan, antara lain
a.
Gerak, John berpendapat bahwa tidak ada yang mampu
bergerak dengan sendirinya, kecuali ada yang menggerakan. Tetapi ada dua inti
dari gerak yaitu yang menggerakaan (penggerak pertama) adalah Tuhan yang
memiliki kekuatan maha besar untuk menggerakan seluruh benda yang bergerak, dan
yang kedua adalah yang digerakan yang artinya semua makhluk yang bergerak.
b.
Sebab akibat, John berpendapat bahwa semua kejadian pasti
akan ada penyebabnya, sampai membentuk sebuah rangkain sebab akibat. Tetapi
kejadian pertama tidak akan ada kecuali ada penyebab pertama. Penyebab petama
itulah Tuhan.
c.
Ada dan tiada, semua yang ada dalam alam semesta ini
pasti diawali dengan tidak ada yang kemudian menjadi ada. Maka ada yang pertama
disebut Tuhan, yang menyebabkan tiada.
d.
Kelas Kualitas, ada beragam kualitas yang pada objek,
mulai dari yang baik dan buruk.
Penilaian mengenai kelas itu memerluka acuan yang absolut dan sempurna,
yang sempurna dan asolut adalah Tuhan.
e.
Keteraturan Perencanaan, alam semesta yang ada sekarang berada
dalam keteraturan yang pasti membutuhkan perencanaan, maka untuk membuat
keteraturan dan perencanaan itulah Tuhan.[21]
C.
Filsafat Abad Moderen (1600-1900)
Filsafat moderen berawal pada paruh kedua abad
ke 16 Masehi, setelah terlebih dahulu didahului oleh gerakan Renaisans di Eropa
Barat. Geraka ini merupakan reaksi atas kekuasaan gereja. Menurut gerakan ini
bahwa manusia merupakan pusat dari alam semesta oleh sebab itu manusia
mempunyai kekebasan sepenuhnya untuk mencari kebenarannya sendiri, bukan berasal
dari gereja dan agama. Upaya untuk melepaskan kekuasaan dari gereja membawa
mereka untuk menggali kembali karya-karya yang lama zama Yunani kuno. Pada abad
inilah para filusuf menggali kembali mengenai akar-akar ilmu pengetahuan yang
menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang pesat pada abad ini. Tetapi
perkembangan ilmu itu menyebabkan para filusuf mempertanyakan kembali apa
hakikat manusia.
Beberapa filusuf berpendapat bahwa manusia
merupakan materi yang memunculkan aliran Materalisme dan beberapa filusuf
berpendapat bahwa intisari manusia adalah jiwa yang kemudian memunculkan aliran
Idealisme. Para filusuf pada abad ini antara lain
1.
Francis Bacon, ia adalah salah satu filusuf yang berusaha
menggali ilmu-limu pengetahuan alam dan menyusun metode ilmiah yang disebut
alat atau metode baru. Bacon bercermin pada ilmuan masa lalu sepeti Gallileo
Galieni, Leonardo da Vinci dalam melakukan penelitian ilmiah, percaya bahwa
terpenting dalam menyusun tori ilmiah adalah dengan metode Induksi, yang
melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus khusus dan menarik kesimpulan umum.
Setelah kesimpulan umum didapatkan, maka kesimpulan umum dipakai untuk menilai
kasus-kasus lain secara deduktif yang hasil akhirnya adalah kesimpulan sementara,
dari kesimpulan sementara menuju kesimpulan yang lain sampai pada kesimpulan akhir
yait teori ilmiah. Bacon menyatakannya sebagai tangga intelektual.[22]
2.
John Locke (1632-1704). John Locke merupakan salah satu
filusuf yang mengikuti aliran empirisme yang artinya bahwa semua pemngetahuan
manusia diperoleh dari pengalaman dan alat-alat indra. Lock percaya bahwa
pikiran bayi yang baru lahir bagaikan kertas kosong, dan pengalamanlah yang
akan memberikan tulisan dalam pikirannya. Jadi dia berpendapat tidak ada
pengetahuan yang berasal dari dalam pikiran, jadi tidak ada pengetahuan yang berasal
dari luar pengalaman. Ide- ide yang disajikan dalam alam pikiran manusia merupakan
pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman.
3.
Karl Marx (1818-1883). Ia merupakan salah satu filusuf
moderen yang paling dikenal oleh dunia. Pemikirannya tentang politik dan
ekonomi dianggap sebagai pemikiran yang membahayakan kaum kapitalisme. Karl
Marx mengecam para filusuf konvensional yang hanya menjelaskan relitas, padahal
yang terpenting adalah untuk mengubah relitas yang ada. Oleh sebab itu
berangkat dari pemikiran inilah Karl Mark mencoba untuk merubah yang awalnya
sengsara menjadi sejahtera. Karl Marx mercoba untuk mengahapuskan kelas-kelas
sosial antara bangsawan yang memiliki modal dan kaum buruh yang selalu di
eksploitasi.[23]
Kemudian aliran ini disebut dengan Marxisme.
D.
Filsafat Kontemporer (1900-Dewasa Ini)
Filsafat kontemporer, diawali pada awal abad
ke 20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya.[24]
Pada zaman ini juga disebut sebagai zaman logosentris yang artinya teks menjadi
salah satu diskursus filosof pada zaman ini, dan sebagian besar tema dibahas
pada abad ke 20 adalah tentang bahasa.[25]
Selain tentang bahasa juga tentang manusia, kesetaraan gender, ekonomi,
politik, teknologi sampai pada hak asasi manusia.
Salah satu ciri dari filsafat pada masa ini
adalah ditandai dengan adanya profesionalisasi disiplin filsafat, yang artinya
mulai adanya suatu komunitas dan asosiasi dalam bidang tertentu berdasarkan
keahlian dan minat masing-masing. Oleh karena itu, dewasa ini ada batasan-batasan
yang jelas untuk menentukan mana filusuf yang memiliki kualifikasi dan mana
filusuf yang amatiran. Profesionalisasi ini dapa dilihat dengan jelas dari
hasil-hasil jurnal dalam bidang filsafat. Adapun para filusuf pada zaman ini
antara lain.
1.
Wilhem Dilthey (1833-1911M). Dilthey merupakan seorang
filusuf yang juga sebagei seorang sejarawan yang humanis, oleh sebab itu
sebagai salah seorang yang bergerak dalam bidang ilmu sosial, ia mencoba menenteng
kebanyakan ilmuan yang menggunakan ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai model
bagi ilmu pengetahuna sosial (IPS). Menurut Dilthey berpendapat bahwa objek
kajian antara IPS dan IPA berbeda, sehingga metode yang digunakan juga harus
berebda. Pada dasarnya IPS adalah suatu hermeneutik, atau seni memahami
makna-makna yang tersembunyi dibalik gejala atau tindakan manusia. Ia
memberikan syarat bagi seorang agar berhasil memahami pengalaman individu lain
atau masyarakat yang akan diteliti.
a.
Seorang ilmuan harus mampu untuk memahami makna dari
pengalaman manusia secara umum seperti cinta, penderitaan dan kebahagiaan,
kecemasan dan harapan dan lain-lain
b.
Seorang ilmuan harus memahami diri yang baik
c.
Seorang ilmuan harus memiliki kaidah norma atau konteks
munculnya tidakan manusia.
d.
Seorang ilmuan menguasai teori-teori tertentu,
berhubungan secara pas dengan gejala yang hendak dipahami.
2.
Jean Paul Sartre (1905-1980). Merupakan salah satu
filosof yang begitu ekstrem yang menegaskan tentang kebebasan manusia. Dia
berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada
beragam pilihan, dan pada saat itulah kita dituntut untuk bebas dalam memilih,
Sartre juga berpendapat bahwa kebebasan yang kita miliki ternyata tidak
sepenuhnya menenangkan, lebih ekstrim lagi, ia berpendapat bahwa kebebasan
bukanlah berkah melainkan hukuman. karena dalam kasus tertentu kebebasan
memilih justru akan menghancurkan hidup apabila pilihan tersebut kurang tepat.[26]
E.
Sejarah perkembangan Ontologi, Epistimologi dan Aksologi
Ilmu di Dunia Barat
Kata Ontologi berasal dari bahasa Yunan ontos
yang memiliki makna kebenaran, dan logos, yaang meiliki makna Ilmu,
dengan demikian ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan yang ada. Dalam
filsafat sendiri ontologi bisa dikatakan sebagai metafisik, secara lebih
spesifik jujun Sumariantri menyatakan bahwa bidang tela’ah filsafat yang
bernama metafisik merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran falsafati,
termasuk pemikiran ilmiah. Jadi jika diibaratakan pemikiran adalah pesawat yang
siap terbang kemanapun, maka metafisik adalah landasan pacu untuk menerbangkan
pesawat tersebut. Atau bisa dikatan bahwa ontologi adalah dokrin universal dari
segala yang ada. Dengan pemahaman ontologi kita dapat memahami perbedaan tetang
hakikat pengetahuan yang bernama ilmu dibanding dengan jenis pengetahuan
lainnya.
Pada masa Yunau Kuno ontologi tidak begitu
berkembang, hal ini dikeranakan belum dapat dibedakannya secara tegas antara
pengetahuan yang bersifat rasio baik filsafat maupun ilmu. Sebagai contoh
Thale, pada saat itu menjadi filusuf tapi disisilain beliau juga menjadi ilmuan.
Pada abad petengahan ontologis mulai berkembangan dengan adanya pemiasahan
antara keduannya. Pada saat itu para filusuf mulai mengenalkan metode seperti
matemateka dan eksperimen untuk menjelaskan fenomena alam yang ada. Dalam abad
petengahan filsafat alam bukan lagi sebagai ilmu filsafat mealinkan menjadi
ilmu alam. Pada era moderen ilmu ontologi berkembang pesat dengan munculnya
ilmu-ilmu baru dengan menggabungkan dengan berbagai cabang kelimuan. Sehingga
ilmu mampu didefinisikan berdasarkan pendekatan dan metodologi yang digunakan
dalam penyelidikan.[27]
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani: epistem,
yang memiliki makna pengetahuan dan logos, yang memiliki makna ilmu.
Sehingga epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan (thoiry of knowledg).
Dalam sejarahnya, pengetahuan yang dikembangkan oleh para filusuf memanfaatkan
dua sarana yaitu reason dan sense. Dari dua sarana itulah yang pengetahuan
terus dikembangkan dan diproduksi. Para filusuf beranggapan bahwa pengetahuan
berawal dari sikap skeptis atau mempertanyakan, dari pernyataan inilah kemudian
timbulan epistemologi. Seperti pertanyaan Palto yang mengajukan beberapa
pertanyaan; apa itu pengetahuan? Dan sejauh mana hubungan antara pengetahuan
dan kepercayaan yang benar?, dari pertanyaan inilah kemudian timbulah
pertanyaan tentang lanjutan yang menjadi bahan dasar epistemologi, seperti: apa
yang dapat saya ketahui? Bagaimana manusia dapat mengetahu sesuatu? Dan lain
sebagainya. secara lebih spesifik epistemologi dalam filsafat epistemologi ilmu
adalah metode ilmiah. Tujuan dari epistemologi adalah agara manusia mendapat
pengetahuan yang benar dan sahih.
Perkembangan epistemologi pada masa
selanjutnya langsung dlarikan pada abad moderen, yaitu pada masa Immanuel Kant.
Perdebatan epistemologi pada masa pertengahan kurang bisa berkembang,
dikarenakan pemikiran pada saat itu kurang memberikan rauang pada pemikiran
filsafat secara mandiri, karena filssafat pada saat itu bawah kendali agama.
Sejarah Perkembanga Ilmu di Dunia Islam
Sejarah perkembanga ilmu filsafat di dunia
Islam pada awal perkembangannya dilatarbelakangi oleh filsafat Yunani. Hal itu
dibuktikan dengan adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat kedalam
bahasa arab yang dilakukan sejak masa klasik Islam.[28]
Perkembanga awal filsafat Islam mulai tampak
pada masa dinasti Abbasiyah yang berpusat di Bagdad. Sejarah Islam mencatat
bahwa ilmu filsafat belum diketahui oleh orang Islam sebelum masa Dinasti
Abbasiyah.[29]
Perhatian terhadap ilmu filsafat meningkat ada masa pemerintahan Harus
Ar-Rasyid yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Khalifah al-Makmun. Pada masa
pemerintahannya banyak ilmuan yang dikirim Byzantyum untuk mencari manuskrip
filsafat yang kemudian dibawa ke bagdad untuk diterjemahkan kedalam bahasa
Arab. Untuk keperluan penerjemahan khalifah al-Makmun, mendirikan Bait Al-Hikam
di bagdad. Akan tetapi filsafat Islam tidak sepenuhnya meniru filsafat yang di
kemukakan oleh para filusuf Yunani. Para filusuf Islam juga memasukan
nilai-nilai religiusitas Islam dalam pemikiran pemikiran Filsafatnya.
Berdasarkan perkembangannya Harun Nasution
berpendapat bahawa terdapat periodesasi
perkembanga Filsafat Islam dimulai dari Periode Kalsik ( 650-1250 M), Periode Pertengahan
(1250M-1800 M) dan Periode Moderen ( 1800M-Sekarang)[30]
A.
Filsafat Islam Periode Klasik
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa
dalam periode ini dimulialah perkembangan ilmu filsafat di dunia Islam, yang
bersumber dari pemikiran pemikiran Yunani Kuno yang dipadukan dengan Agama
Islam. Dengan adanya Ilmu filsafat ini Islam mampu membuka lebih luas cakrawala
ilmu pengetahuan, sehingga itu berimbas pada perkebngan ilmu yang lain seperti
budaya, pendidiakan, kedokteran sains dan lain sebagainya. Bisa dikatakan bawa
pada priode awal ini Islam mengalami kejayaan terutama dalam bidang filsafat
dan ilmu pengetahuan. Di antar para filusuf pada periode ini adalah
1.
Al Kindi ( 801-873M)
Al Kindi merupakan salah satu filusuf pertama
yang muncul dari kalangan Islam dan penulis pertama filsafat dalam bahasa Arab.[31]
Al Kindi dilahirkan di Kufah, memperoleh pendidikan masa kecil di Bashrah
tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di Bagdad. Ayahnya adalah gubenur Bashrah
pada masa Khalifah Abasiyah. Al Kindi banyak terlibat dalam gerakan
penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani. Salah satu karya termashurnya dalah History
of Muslim Philosopy. Al-Kindi berpendapat bahwa agama dan filsafat tidak
ada pertentangan, menurutnya tingakat filsafat tertinggi adalah mengetahuai
kebenaran yang pertama dan Hakekat yang pertama itulah Tuhan (Allah). Al Kindi
juga berpendapat tentang pengetahuan manusia yang terdiri dari 3 pengentahuan,
a.
Pengetahuan Idrawi, pengetahuan yang didapatka ketika
mengamati suatu objek secara langsung, yang dapat berubah setiap saat.
b.
Pengetahuan Rasional, pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan menggunakan akal, yang tidak hanya melihat dari bentuk fisiknya tetapi
hakikat dari manusia.
c.
Pengetahuan Syarqi, pengetahuan yang diperoleh langsung
dari Tuhan atau dari Utusannya.
2.
Al Faraby
(872-950M)
Al-Faraby merupakan salah satu filusuf besar
pada zamanya. Ia merupakan putra dari panglima perang Dinasti Samani di derah
Persia. Al-Faraby merupakan salah satu keturunan Turki. Salah satu pemikiran
Al-Faraby yang terpengaruh dari pemikiran Aristoteles dalam ilmu Logika bahwa
akal murni itu esa adanya. Ia berpendapat bahwa akal itu terdiri dari tiga
tingkatan yaitu
a.
Akal potensial yang menangkap bentuk bentuk benda
b.
Akal aktual yaitu akal yang menangkap konsep-konsep
c.
Akal mustafad yaitu yang menangkap inspirasi
B.
Filsafat Islam abad Pertengahan
Pada Periode pertengahan yaitu antara tahu
1250-1800M, Islam mengalami kemunduruan dalam berbagai aspek kehidupan. Ini
dikarenakan pada masa ini Islam dalam keadaan yang tidak di untungkan, karena
adanya perang salib yang meskipun Islam bisa dikatakan menang atau berhasil
dalam mempertahankan wilayahnya, tetapi pada keyataannya hampir keseluruhan
medan pertempuran perang salib berada diwilayah Islam, dengan adanya perang
salib membuat konsentrasi Islam terhadap kajian ilmu pengetahuan terabaikan.
Hal ini diperburuk dengan runtuhnya Baghdad sebagai salah satu pusat kota
keilmua Islam akibat serangan dari bangsa mongol dan hancurnya kekhalifahan Ummayah
2 yang berada di Spanyol.
Salah satu filusuf yang lahir pada abad ini
adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman Zaid
Waliuddin bin Khaldun, yang lahir di Tunisia, pada tahun 1332. Pendidikan awal
yang didapatkan Ibnu Khaldun yaitu agama, bahasa logika dan filsafat. Sebagai
guru utamanya adalah ayahnya sendiri. Kemudian Ibnu Khaldun berpindah ke Maroko
untuk menyelasikan pendidikan tingginya. Ibnu Khladun dikenal sebagai salah
satu filusuf yang membahas tentang sejarah, beliau berpendapat bahwa sejarah
memiki dua sisi, yaitu sisi dalam dan sisi luar. Dari sisi luar sejarah
hanyatak lebih dari rekaman siklus priode dan kekusaan masa lampau, tetapi apa
bila dilihat lebih mendalam bahwa sejarah merupakan penalaran kritis dan usaha
untuk mencar kebenaran. Sejarah merupakan hubungan tentang sebab-sebab dan asal
usul segala sesuatu. Definisi sejarah tentang demikian menurut Ibnu Khaldun
menbawanya untuk berpendapat bahwa sejarah itu berakar dari filsafat (Hikmah)[32]
C.
Filsafat Islam Abad Moderen
Filsafat Islam abad moderen merujuk pada
pembagian periodesasi sejarah. Periode ini di tandai dengan runtuhnya Dinasti
Abbasiyah dan Ummayah dan digantikan dengan tiga kerjaan besar Islam yaitu Turi
Ustmani, Syafawi, dan Kerajaan Mughol. Pada perkebangan filsafat pada abad
moderen lebih ditekankan pada perkembangan filsafat pendidikan, salah satu
tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan filsafat pendidikan Islam Moderen
antara lain adalah Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), beliau berpendapat
bahwa kelemahan umat Islam disebabkan karena adanya dualisme sistem pendidikan
yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus
dikembangkan kearah yang lebih moderen dan berorientasi ketuhidan.
Selain dalam hal pendidikan, pada periode ini
para filusuf Islam juga mulai melakukan pembaharuan Islam, dikarenakan pada
kondisi ini Islam mulai mengalami kemunduran setelah runtuhnya dinasti-dinasti
Islam. Oleh sebab itu perlu adanya pembaharuan agar Islam mampu bertahan di
tengah keterpurukan, salah satu pembaharuan ini adalah Muhammad Iqbal, ia
merupakan salah satu inspiator kemerdekaan India menjadi Pakistan. Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang kemunduran umat Islam dikarenakan adanya kebekua dalam
pemikiran. Menurutnya bahwa hukum Islam harus dinamis bukan statis, karena
hukum islam harus berkembang dengan membuka pintu-pintu ijtihat.
Untuk menjawab tantangan ini Muhammad Iqbal,
menjawab dengan Teori Dinamika, pemikiran ini didasarkan pada berbagai teori
alam yang dikemukakan oleh ilmuan seperti Einstein dan Newton, seihingga
Muhammad Iqbal sampai pada suatu kesimpulan bahwa dunia (pemikiran) ini dinamis
dan harus berkembang. teori yang dikemukakan oleh Muhmmad Iqbal harus diawai
dengan kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan adanya teori ini
Muhmaad Iqbal mencoba untuk menyelamatkan Islam dari keterpurukan.[33]
D.
Ontogi dan Epistemologi Filsafat Islam.
Ontologi adalah sebuah hakikat ilmu yang juga
sebagai objek kajian ilmu. Jika ditinjau dari perspektif Islam, hakikat ilmu
sendiri dibagi menjadi dua yaitu petama ilmu yang diperoleh tanpa adanya
upaya dari manusia atau lebih dikenal dengan ilmu laduni, atau ilmu
batiniah yang bukan merupakan hasil pemikira, atau ilmu yang diterima langsung
melalui ilham, atau inspirasi dari tuhan. Kedua, ilmu yang diperoleh
dari usaha yang dilakukan oleh manusia atatu ilmu Kasbi, jenis dari ilmu
kasbi lebih banyak dibandingkan ilmu laduni. Pembagian hakikat
ilmu ini dikarenakan adanya padangan dalam Al-Qur’an, bahwa terdapat hal-hal
(ilmu) yang tidak dapat dicapai dengan usaha manusia. Lebih lanjut dalam
Al-Qur’an menjelaskan bahwa selain terdapat wujud yang bersifa materil dan
terindra, juga terdapat wujud yang imateril atau tidak terindra. Sehingga dapat
kita tarik sebuah kesimpulan bahwa objek ontologi Ilmu keislaman dalam pandangan
Islam, mecakupa objek yang metrial maupun non metrial, fenomena maupun non
fenomena dan wujud yang diketahui dan tidak diketahui.[34]
Epistemologi, adalah upaya manusia dalam
menjawab pertanyaan atau metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu keislaman
yang sebenar-benarnya. Pada intinya adalah ilmu pengetahuan tentang segala
sesuatu sebagaimana adanya. Dengan demikian ilmu bukan hanya sebagai sembarang
pengetahuan atau sekedar opini, melainkan pengetahuan yang sudah teruji
kebenarannya.[35]
Dalam hal ini Islam memandang bahwa ilmu berasal dari sumber yang sama, akan
tetapi memiliki objek yang berbeda-beda dan terus berkembang memasuki ruang
sejarah dari waktu kewaktu.
III.
Kesimpulan
Ilmu filsafat Barat sudah mucul pada masa
Yunani kuno, pada awalnya filusuf Yunani kuno lebih menfokuskan pada filsafat alam
yang pada akhir Yunani kuno filsafat mulai berkembang, hingga menjadi akar-akar
ilmu pengetahuan pada saat ini. Pada masa pertengahan ilmu filsafat kurang bisa
berkembang. Hal ini merupakan akibat dari pengekangan gereja terhadap pemikiran
filsafat, pemikiran filsafat yang tidak sesuai dengan gereja dihapuskan. Pada
masa moderen para filusuf mencoba untuk keluar dari bayang-bayang gereja, oleh
sebab itu pada masa inilah ilmu filsafat barat berkembang, ini dibuktikan
dengan suburnya aliran filsafat dimulai dari Empirisme, Idealisme, Marxisime
dan lain sebagainya. Kemudian pada masa kontemporer mulai di fokusknnya kajian
filsafat pada bidang-bidang tertentu.
Ilmu filsafat Islam,baru muncul pada sekitar
abad ke 8, yaitu pada masa Dinasti Abbasiyah yang melahirkan banyak
pemikiran-pemikiran filsafat dan menjadi zaman keemasan filsafat Islam. Pada abad
pertengahan filsafat Islam kurang bisa berkembang, hal ini dikarenakan Islam
pada masa ini mengalami kemundurna yang diakibatkan perang salib dan kekalahan
Abbasiya dan Umayah 2. Pada masa moderen dan kontemporer, para filusuf muslim
menfokuskan kajiannya pada pemikiran filsafat yang ditujukan agar Islam mampu
keluar dari keterpurukan dan kemundurna melalui pemikira-pemikiran pembaharuan.
Hasil Diskusi
1. Mengapa Plato dikatan sebagai bapak filusuf
Dunia?
2. Dala sejarahnya filsafat Yunani terpengaruh
dengan pengetahuan Mesir kuno, mengapa Yunani dikatakan lebih maju daripada
Mesir?
Jawaban
1. Plato dikatan sebagai bapak filusuf dunia
karena Plato menjadi filusuf pertaman yang mampu memahamkan atau menggambaran
filsafat yang awalnya hanya sebagai ilmu berada diawang-awang, mampu
digambarkan dalam kehidupan sehari-hari melalui penjelasan dan metode yang ia
gunakan dalam berfilsafat.
2. Yunani mampu berkembanga lebih pesat
dikarenakan ketika dia melihat sebuah fenomena tidak hanya berhenti pada
keilmuan yang bersifat parktis akan tetapi dengan teoristis, sebagai contoh
jika orang Mesir mengukur ketinggian sungai Nil sebagai tanda jalur tersebut
dapat digunakan sebagai perdagangan, sedangkan orang Yunani mencoba untuk
menjelaskannya secara teoritis seperti mengapa ketinggian sungai terjadi? apa
penyebabnya? bagimana pengaruhnya? Dan lain sebagainya, sehingga keilmuan itu
mampu berkembang, dengan adanya pertanyaan kritis yang bersifat teoritis.
Kiritik Makalah
1. dalam makalah ini penulis belum bisa
menggambarkan secara rinci pekembangan filsafat tiap-tiap periodenya, sehingga
dalam pengambilan kesimpulan tiap priode belum valid, kemudian penulis kurang
bisa mengetahui tokoh-tokoh yang terkenal pada masanya, penulis hanya
berpedoman pada banyaknya refrensi yang didapatkan dalam sebuah buku.
2. Penulis kurang bisa menjelaskan tentang
bagaimana perkembangan dan penjelasan tetang ontologi, epistemologi dan
aksologi dalam filsafat Islam. Sehingga perlu adanya kajian menadalam tentang
beberapa pengertian diatas.
3. dalam penyusuna makalah ataupun dalam penulisa
makalah belum secara runcut dan sistematis, selain itu dalam penulisa juga
masih terdapat banyak kesalahan ketik.
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta:
Rajawali Press.
Bertens, K. 1981. Sejarah Filsafat Yunani.
Yogyakarta: Kanisius.
________ . 1983. Filsafat Moderen abad
XX. Jakarta: Gramadia.
Biyanto. 2015. Filsafat Ilmu dan Ilmu ke
Islaman. Yoggyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadiwijoyo, Harun. 1985. Sari Sejarah Filsafat 1.
Yogyakarta: Kanisius.
Ibrahim. “Filsafat Islam dan perkembangannnya” Jurnal
Aqida-TA UIN Alauddin Makasar, Vol. III. No.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kusumohamidjojo, Budiono. 2013. Filsafat Yunani
Klasik. Yogyakarta: Jalansutra.
Muchsin. 2004. Iktishar Materi Pokok Filsafat Hukum. Jakarta:
STIH “IBLAM”.
Praja, S. Juhaya. 2013. Pengantar Filsafat Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Russell, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat
Barat. Terj. Sigit Jadmiko dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujati, Budi. “Konsep pemikiran Filsafat Seharah dan
Sejarah menurut Ibnu Khaldun” Juranl UIN Sunan Gunung Jati Tamaddun, Vol.
6, No.2, Juli-Desember 2018.
[12] Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat 1, (Yogyakarta: Kanisius,
1985), h. 18.
[17] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jadmiko dkk,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 534.
[30] Ibrahim, Filsafat Islam dan perkembangannnya, Jurnal Aqida-TA UIN Alauddin
Makasar, (Vol. III, No 1), h. 15.
[32] Budi Sujati, Konsep pemikiran Filsafat Seharah dan Sejarah menurut Ibnu
Khaldun, Juranl UIN Sunan Gunung jati Tamaddun (Vol. 6, No.2, Juli-Desember
2018), h. 34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar