Kamis, 12 September 2019

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU DI DUNIA BARAT DAN DUNIA ISLAM


Ahmad Khoiron Minan
minansendang@gmail.com

I.                   Pendahuluan
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, philia yang mempunyai arti cinta dan shopia yang mempunyai makna kebijaksanaan.[1]  Sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat secara etimologi adalah (love of  wisdome) atau cinta kebijaksanaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), filsafat diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat dari segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Selain itu filsafat juga merupakan teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan yang berintikan pada logika, estetika, metafisik dan estimologi.[2] Oleh karena itu filsafat merupakan cara berfikir secara sistematis, sedangkang kagiatan filsafat adalah merenung untuk mencoba menyusun suatu sistem pengetahuan secara rasionalitas.[3]
Filsafat merupakan sesuatu yang berada diantara sains dan teologi. Karena filsafat mencoba untuk menjawab persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab oleh sains atau ilmu pengetahuan dan juga persoalan yang tidak sepenuhnya mampu diyakinkan oleh teologi sebagaimana abad-abad sebelumnya.[4] Oleh karena itu sebelum lebih jauh mempelajari tentang filsafat, maka kita diharuskan untuk mempelajari terlebih dahulu tentang sejarah filsafat. Sejarah filsafat penting untuk dipelajari karena sesorang filusuf tidak dapat memahamami filsafat tanpa mengetahui sejarah-sejarah para filusuf terdahulu, karena pada dasarnya filusuf yang berfilsafat akan berangkat dari kritik terhadap pemikiran filusuf-filusuf sebelumnya. Kita hanya dapat memahami pemikiran sang filusuf jika kita memahami pemikiran-pemikiran filusuf sebelumnya.
Setelah memahami pentingnya mengetahui sejarah para filusuf terdahulu, maka dengan alasan tersebut penulis mencoba untuk sedikit memparkan tentang sejarah dan perkembagan ilmu filsafat di dunia barat dan sejarah perkembangan filsafat di dunia Islam. Pembahasan yang cukup lusa ini akan penulis kategorikan menjadi 4 pembagian zaman yaitu kuno, pertengahan, moderen dan kontemporer. Dalam setiap zaman akan penulis paparkan beberapa tokoh yang terkenal pada zamanya serta pemikirannya, untuk sedikit memberikan gambaran tentang pemikiran yang ada pada zaman tersebut.

II.                Pembahasan
Sejarah Perkembangan Ilmu di Dunia Barat
Pada awal perkembangan filsafat di dunia barat, selalu memperdebatkan mengenai sumber pengetahuan. Sebagian mengatakan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari pemikiran logis dan deduktif melalui rasio manusia aliran ini dinamakan dengan aliran rasionalisme, aliran kedua berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengamatan indrawi manusia atau lebih disebut dengan pengalaman dinamakan aliran empirisme[5] dan pada era moderen dicetuskan aliran baru yang dinamakan kritisisme yang memberikan kritik terhadap keduanya (rasionalisme dan empirisme) dan memberikan jalan tengah antara keduanya.
A.    Filsafat Yunani Kuno (600SM-500SM)
Perkembangan filsafat Yunani dimulai pada Abad 600 SM. Filsafat Yunani lahir dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi yang dialami masyarakat Yunani pada saat itu, kondisi-kondisi tersebut menjadi salah satu faktor terbesar munculnya filsafat Yunani.[6] Kondisi tersebut antara lain:
1.        Mitologi
Sebelum lahirnya filsafat Yunani, masyarakat Yunani sudah mengenal mitos atau cerita yang mirip dengan dengan dongeng , namun masih menggunakan nuansa rasionalitas.[7] Mite-mite tesebut berfungsi sebagai jawaban atas pertanyaan mengenai teka-teki atau misteri alam semesta yang saat itu dialami langsung oleh masyarakat Yunani, seperti mitologi tentang gempa bumi yang disebabkan oleh dewa Poseidon yang merupakan dewa penjaga bumi yang sedang marah.[8]
2.        Kesusastraan
Sastra merupakan salah satu sendi kehidupan yang dimiliki masyarakat Yunani sebelum datangnya filsafat. Kesenian atau kesusastraan menjadi salah satu faktor pendukung filsafat dikarenakan sastra hanya akan lahir dan berkembang dalam suatu masyarakat yang memiliki ketajaman intelektual dan ketajaman perasaaan. Oleh karena itu dengan adanya sastra membuat masayarakat Yunani mampu terasah perasaan dan kecerdasan untuk memahami tentang kejadian-kejadian yang ada di alam semesta.
3.        Pengaruh ilmu pengetahuan dari Bangsa Timur
Para sejarawan telah sepakat bahwa salah satu peradaban tertua bahkan sebelum Yunani adalah peradaban Mesir kuno yang letaknya berada disepanjangb aliran sungai Nil. Mesir menjadi salah satu peradaban yang mampu mengembangkan pemikiran intelektual, salah satunya adalah perkembangan ilmu ukur yang digunakan untuk pengukuran ketinggian air sungai Nil. Dengan mengetahui ketinggian suangi Nil, mereka dapat melakukan perdangangan dan perjalanan menggunakan sungai Nil. Orang Yunani belajar menggunakan ilmu seperti itu dari bangsa timur, tetapi mereka belajar tersebut bukan hanya untuk  tujuan praktis melainkan juga teoritis.[9] Dengan mengguanakan ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai nilai praktis tapi dengan teoritis, maka ilmu pengetahuan mampu berkembang dengan pesat, dikarenakan selalu ada pertanyaan-pertanyaan mengenai kejadian yang terjadi di alam. Peradaban Mesir inilah yang menjadi salah satu sumbangan pemikiran Filsafat yang ada di Yunani.
4.        Sosio Politik
Pemerintahan Yunani kuno merupakan salah satu cikal bakal pemerintahan demokratis. Pemerintahan demokratis memiliki salah satu ciri antara lain adalah setiap warga negaranya memiliki otonomi dalam bidang hukum dan memeiliki kemerdekaan sebebas-bebasnya untuk mengemukakan pendapat. Lingkungan yang sangat kondusif inilah yang membuat perkembangan intelektual berkembang jauh pada masa Yunani Kuno.
Filusuf Alam
Sejarah perkembangan filsafat Yunani kuno diawali dengan munculnya filsafat alam. Penamaan filsafat alam dikarenakan para filusuf pertama Yunani berusaha mencari jawaban tentang asal-usul dan kejadian alam semesta. Beberapa filusuf yang terkenal pada zaman ini yang membahas tentang alam, antara lain
a.    Thales (624SM-546SM). Thales dianggap sebagai salah satu filusuf pertama di Yunani. Gelar filusuf pertama itu diberikan oleh salah satu filusuf yang bernama Aristoteles.[10] Tahles merupakan salah satu filusuf pertama yang berusaha untuk menemukan asas atau prinsip ( arkhe) alam semesta atau awal mula alam semesta. Menurutnya prinsip awal alam semesta adalah air, dia berpendapat bahwa semua berawal dari air dan akan berakhir menjadi air. Tidak akan ada kehidupan tanpa adanya air dan tidak ada satu makhluk hidupun yang tidak mengandung air.[11]
b.    Anaximandors (610SM-546SM). Ia merupakan salah satu murid Thales. Namun pendapatnya tentang prinsip alam semesta berbeda dengan gurunya, ia berpendapat bahwa prinsip alam semesta bukanlah sesuatu yang dapat diamati oleh pancaindra. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa prinsip atau arkhe adalah to apeiron “yang tak terbatas”. Alasanya, bahwa sesuatu yang tampak atau berbentuk fisik pasti akan berubah sedangkan yang berubah pasti bukan prinsip, sedangkan to apeiron merupakan sifat ilahi dan tidak terubahkan dan meliputi segala-galanya.
c.    Anaximenes (585SM-528SM). Ia mencoba mengkritis pendapat filsafat sebelumnya, bahwa tidak mungkin perinsip alam semesta adalah yang tak terbatas. Ia berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari hawa atau udara.[12] Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak mungkin terlepas dari udara, jika udara berkumpul sangat banyak maka akan menjadikannya awan, jika udara basah maka ia menjadi air dan jika udara menjadi padat maka ia menjadi tanah.
Filusuf Ilmu Pasti
a.     Pytagoras (570SM-490SM). Pytagoras berpendapat bahwa sejarah sesuatu yang ada di alam tidak lepas dari hitungan-hitungan. Oleh karena itu kenyataan menurutnya dapat dicocokan dengan perhitungan perhitungan atau kategori matematis.
b.    Herakleitos (535SM-475SM). Ia menfokuskan pemahamannya mengenai metafisik. Ia berpendapat bahwa seluruh alam semsta ini tidak ada yang mantap tanpa melalui perubahan, seperti api (panas) adalah lambang perubahan, karena api dapat menjadikan air menjadi uap, kayu menjadi abu dan seterusnya.[13]
Filusuf Pluralis
a.    Empedokles (490SM-430SM). Ia berpendapat bahwa asal pencipataan yang ada di dalam alam semesta tidak hanya terdiri dari satu unsur saja tetapi terdiri dari berbagai unsur yaitu api, air, udara dan tanah. Setiap komposisi yang berbeda akan menghasilkan unsur yang berbeda.
b.    Anaxagoras ( 500SM- 428). Ia perpendapat bahwa unsur penciptaan tidak hanya berasal dari empat unsur yang sudah disebutkan Empedokles, melainkan unsur tersebut terdiri dari berbagai unsur yang jumlahnya tak tehingga dan masing masing unsur bercampur satu sama lain.[14]
Filusuf Para Sofis
a.    Socrates (470SM-399SM). Ia berpendapat bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang subjektif dan relatif. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari terdapat perilaku yang baik dan tidak baik, yang pantas dan tidak pantas. Penentu pantas atau tidak pantas dan baik atau buruk bukan berasal dari pendapat atau argumentasi diri melainkan sesuatu yang sifatnya universal.[15] Socrates menggunakan metode dialektika dalam menemuka pendapat tersebut, metode dialektika atau berdialog yaitu dengan mendengarkan pendapat-pendapat atau pernyataan yang diucapkan seseorang.
b.    Plato (427SM-347SM). Plato mencoba untuk mengkritik tentang pendapat mengani pengetahuan sejati. Ia berpendapat bahwa pengetahuan sejati bukan berasal dari pengamatan atau pengetahuan indra, melainkan berasal dari rasio karena panca indra hanyalah cermin dari dunia ide. Plato juga menyusun filsafat tentang manusia yang bersifat dualistik, yaitu terdiri dari tubuh (benda) dan jiwa (ide-ide). Tubuh bersifat sementara sedangkan ide-ide bersifa kekal mesikup tubunya sudah mati. Metode yang digunakan Plato dalam mendapatkan pengetahuan yaitu dengan menggunakan metode deduktif yaitu cara berpikir yang dimulai dari permis-permis umum yang ditarik kesimpulan-kesimpulan yang lebih khusus. Palto dikatan sebagai bapak filusuf dunia karena Palto mampu menggambarkan filsafat yang awalnya hanya sebagai pikiran di awang-awang, mampu dijadikan sebagai ilmu yang mampu di terapkan dalam kehidupan melalui metodenya.
c.    Aristoteles ( 384SM-322SM). Aristoteles merupakan salah satu murid Plato, tetapi dalam pendapatnya ia menentang apa yang dikemukakan oleh gurunya. Ia berpendapat bahwa pengetahuan bukan berasal dari ide-ide tetapi berasal dari benda-benda yang dapat diamati. Untuk menemukan pendapat ini Aristoteles menggunkan metode deduktif dimulai dari pengamatan-pengamatan empiris dan ditarik kesimpulan yang mengenai objek-objek yang diamati. Dari metode inilah ia mengembangkan sejumlah kajian yang menjadi cikal bakal ilmu pengetahuan moderen seperti geografi, geologo, fisika, antomi dan lain sebagainya.
B.       Filsafat Abad Pertengahan (400M-1500M)
Pada abad ini filsafat berfungsi sebagai alat pembenaran terhadap agama. Sejauh filsafat yang melayani teologi maka ia bisa diterima sedangkan filsafat yang bertentangan dengan gereja dianggap sesat. Oleh sabab itu pada periode ini filsafat kurang bisa berkembang dikarenakan kebebasan-kebebasan pemikiran dipangkas habis ketika pemikiran itu bertentangan dengan gereja. Abad ini dianggap oleh para sejarawan sebagai abad kegelapan filsafat di dunia Barat.[16] Selain filsafat tetapi juga ilmu pengetahuan yang tidak bisa berkembang dikarenakan adanya batasa-batasan oleh gereja salah satu contohnya adalah Gilileo Galileni dinggap sebagai salah satu bapak astronomi dunia, yang dihukum pancung, dikarenakan pendapatnya bertentangan dengan gereja. Pada masa ini terdapat beberapa filusuf katolik antara lain
1.      John The Scot
  John adalah salah satu filusuf yang paling mengagumkan pada abad ke sembilan. Ia adalah filusuf berkebangsaan Iralndia, yang mengikuti aliran Neoplatonis.[17] Salah satu pendadapat John yang banyak ditentang oleh kalangan gereja adalah pendapat tentang kebebasan, ia berpendapat bahwa filsafat mempunyai kedudukan yang sama, bahkan lebih tinggi dari pada wahyu. Akal dan wahyu merupakan dua sumber kebenaran, oleh karena itu kedunya tidak mungkin bertentangan, tetapi apabila keduanya nampak bertentangan maka yang didahulukan adalah akal.[18]
Karya terbesar John adalah On the Divisions of Nature, yang berisi tentang empat kelas penciptaan (Nature).
a.       Yang menciptakan dan tidak diciptakan (Tuhan)
b.      Yang menciptakan dan diciptakan (ide-ide yang ada dalam diri Tuhan)
c.       Yang menciptakan tetapi tidak diciptakan (benda-benda yang ada dalam ruang dan waktu)
d.      Yang tidak meciptakan dan tidak menciptakan (Tuhan bukan sebagai pencipta, tetapi sebagai tujuan akhir dan tujuan segala sesuatu).[19]
2.        Thomas Aquinas ( 1225-1274)
Thomas merupakan salah satu filusuf skolastik (abad Petengahan) terbesar pada masanya.[20]  Thomas memiliki sejumlah pemikiran filsafat tentang keberadaan Tuhan, antara lain
a.       Gerak, John berpendapat bahwa tidak ada yang mampu bergerak dengan sendirinya, kecuali ada yang menggerakan. Tetapi ada dua inti dari gerak yaitu yang menggerakaan (penggerak pertama) adalah Tuhan yang memiliki kekuatan maha besar untuk menggerakan seluruh benda yang bergerak, dan yang kedua adalah yang digerakan yang artinya semua makhluk yang bergerak.
b.      Sebab akibat, John berpendapat bahwa semua kejadian pasti akan ada penyebabnya, sampai membentuk sebuah rangkain sebab akibat. Tetapi kejadian pertama tidak akan ada kecuali ada penyebab pertama. Penyebab petama itulah Tuhan.
c.       Ada dan tiada, semua yang ada dalam alam semesta ini pasti diawali dengan tidak ada yang kemudian menjadi ada. Maka ada yang pertama disebut Tuhan, yang menyebabkan tiada.
d.      Kelas Kualitas, ada beragam kualitas yang pada objek, mulai dari yang baik dan buruk.  Penilaian mengenai kelas itu memerluka acuan yang absolut dan sempurna, yang sempurna dan asolut adalah Tuhan.
e.       Keteraturan Perencanaan, alam semesta yang ada sekarang berada dalam keteraturan yang pasti membutuhkan perencanaan, maka untuk membuat keteraturan dan perencanaan itulah Tuhan.[21]
C.       Filsafat Abad Moderen (1600-1900)
Filsafat moderen berawal pada paruh kedua abad ke 16 Masehi, setelah terlebih dahulu didahului oleh gerakan Renaisans di Eropa Barat. Geraka ini merupakan reaksi atas kekuasaan gereja. Menurut gerakan ini bahwa manusia merupakan pusat dari alam semesta oleh sebab itu manusia mempunyai kekebasan sepenuhnya untuk mencari kebenarannya sendiri, bukan berasal dari gereja dan agama. Upaya untuk melepaskan kekuasaan dari gereja membawa mereka untuk menggali kembali karya-karya yang lama zama Yunani kuno. Pada abad inilah para filusuf menggali kembali mengenai akar-akar ilmu pengetahuan yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang pesat pada abad ini. Tetapi perkembangan ilmu itu menyebabkan para filusuf mempertanyakan kembali apa hakikat manusia.
Beberapa filusuf berpendapat bahwa manusia merupakan materi yang memunculkan aliran Materalisme dan beberapa filusuf berpendapat bahwa intisari manusia adalah jiwa yang kemudian memunculkan aliran Idealisme. Para filusuf pada abad ini antara lain
1.    Francis Bacon, ia adalah salah satu filusuf yang berusaha menggali ilmu-limu pengetahuan alam dan menyusun metode ilmiah yang disebut alat atau metode baru. Bacon bercermin pada ilmuan masa lalu sepeti Gallileo Galieni, Leonardo da Vinci dalam melakukan penelitian ilmiah, percaya bahwa terpenting dalam menyusun tori ilmiah adalah dengan metode Induksi, yang melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus khusus dan menarik kesimpulan umum. Setelah kesimpulan umum didapatkan, maka kesimpulan umum dipakai untuk menilai kasus-kasus lain secara deduktif yang hasil akhirnya adalah kesimpulan sementara, dari kesimpulan sementara menuju kesimpulan yang lain sampai pada kesimpulan akhir yait teori ilmiah. Bacon menyatakannya sebagai tangga intelektual.[22]
2.    John Locke (1632-1704). John Locke merupakan salah satu filusuf yang mengikuti aliran empirisme yang artinya bahwa semua pemngetahuan manusia diperoleh dari pengalaman dan alat-alat indra. Lock percaya bahwa pikiran bayi yang baru lahir bagaikan kertas kosong, dan pengalamanlah yang akan memberikan tulisan dalam pikirannya. Jadi dia berpendapat tidak ada pengetahuan yang berasal dari dalam pikiran, jadi tidak ada pengetahuan yang berasal dari luar pengalaman. Ide- ide yang disajikan dalam alam pikiran manusia merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman.
3.    Karl Marx (1818-1883). Ia merupakan salah satu filusuf moderen yang paling dikenal oleh dunia. Pemikirannya tentang politik dan ekonomi dianggap sebagai pemikiran yang membahayakan kaum kapitalisme. Karl Marx mengecam para filusuf konvensional yang hanya menjelaskan relitas, padahal yang terpenting adalah untuk mengubah relitas yang ada. Oleh sebab itu berangkat dari pemikiran inilah Karl Mark mencoba untuk merubah yang awalnya sengsara menjadi sejahtera. Karl Marx mercoba untuk mengahapuskan kelas-kelas sosial antara bangsawan yang memiliki modal dan kaum buruh yang selalu di eksploitasi.[23] Kemudian aliran ini disebut dengan Marxisme.
D.      Filsafat Kontemporer (1900-Dewasa Ini)
Filsafat kontemporer, diawali pada awal abad ke 20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya.[24] Pada zaman ini juga disebut sebagai zaman logosentris yang artinya teks menjadi salah satu diskursus filosof pada zaman ini, dan sebagian besar tema dibahas pada abad ke 20 adalah tentang bahasa.[25] Selain tentang bahasa juga tentang manusia, kesetaraan gender, ekonomi, politik, teknologi sampai pada hak asasi manusia.
Salah satu ciri dari filsafat pada masa ini adalah ditandai dengan adanya profesionalisasi disiplin filsafat, yang artinya mulai adanya suatu komunitas dan asosiasi dalam bidang tertentu berdasarkan keahlian dan minat masing-masing. Oleh karena itu, dewasa ini ada batasan-batasan yang jelas untuk menentukan mana filusuf yang memiliki kualifikasi dan mana filusuf yang amatiran. Profesionalisasi ini dapa dilihat dengan jelas dari hasil-hasil jurnal dalam bidang filsafat. Adapun para filusuf pada zaman ini antara lain.
1.        Wilhem Dilthey (1833-1911M). Dilthey merupakan seorang filusuf yang juga sebagei seorang sejarawan yang humanis, oleh sebab itu sebagai salah seorang yang bergerak dalam bidang ilmu sosial, ia mencoba menenteng kebanyakan ilmuan yang menggunakan ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai model bagi ilmu pengetahuna sosial (IPS). Menurut Dilthey berpendapat bahwa objek kajian antara IPS dan IPA berbeda, sehingga metode yang digunakan juga harus berebda. Pada dasarnya IPS adalah suatu hermeneutik, atau seni memahami makna-makna yang tersembunyi dibalik gejala atau tindakan manusia. Ia memberikan syarat bagi seorang agar berhasil memahami pengalaman individu lain atau masyarakat yang akan diteliti.
a.       Seorang ilmuan harus mampu untuk memahami makna dari pengalaman manusia secara umum seperti cinta, penderitaan dan kebahagiaan, kecemasan dan harapan dan lain-lain
b.      Seorang ilmuan harus memahami diri yang baik
c.       Seorang ilmuan harus memiliki kaidah norma atau konteks munculnya tidakan manusia.
d.      Seorang ilmuan menguasai teori-teori tertentu, berhubungan secara pas dengan gejala yang hendak dipahami.
2.    Jean Paul Sartre (1905-1980). Merupakan salah satu filosof yang begitu ekstrem yang menegaskan tentang kebebasan manusia. Dia berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada beragam pilihan, dan pada saat itulah kita dituntut untuk bebas dalam memilih, Sartre juga berpendapat bahwa kebebasan yang kita miliki ternyata tidak sepenuhnya menenangkan, lebih ekstrim lagi, ia berpendapat bahwa kebebasan bukanlah berkah melainkan hukuman. karena dalam kasus tertentu kebebasan memilih justru akan menghancurkan hidup apabila pilihan tersebut kurang tepat.[26]
E.     Sejarah perkembangan Ontologi, Epistimologi dan Aksologi Ilmu di Dunia Barat
Kata Ontologi berasal dari bahasa Yunan ontos yang memiliki makna kebenaran, dan logos, yaang meiliki makna Ilmu, dengan demikian ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan yang ada. Dalam filsafat sendiri ontologi bisa dikatakan sebagai metafisik, secara lebih spesifik jujun Sumariantri menyatakan bahwa bidang tela’ah filsafat yang bernama metafisik merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran falsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Jadi jika diibaratakan pemikiran adalah pesawat yang siap terbang kemanapun, maka metafisik adalah landasan pacu untuk menerbangkan pesawat tersebut. Atau bisa dikatan bahwa ontologi adalah dokrin universal dari segala yang ada. Dengan pemahaman ontologi kita dapat memahami perbedaan tetang hakikat pengetahuan yang bernama ilmu dibanding dengan jenis pengetahuan lainnya.
Pada masa Yunau Kuno ontologi tidak begitu berkembang, hal ini dikeranakan belum dapat dibedakannya secara tegas antara pengetahuan yang bersifat rasio baik filsafat maupun ilmu. Sebagai contoh Thale, pada saat itu menjadi filusuf tapi disisilain beliau juga menjadi ilmuan. Pada abad petengahan ontologis mulai berkembangan dengan adanya pemiasahan antara keduannya. Pada saat itu para filusuf mulai mengenalkan metode seperti matemateka dan eksperimen untuk menjelaskan fenomena alam yang ada. Dalam abad petengahan filsafat alam bukan lagi sebagai ilmu filsafat mealinkan menjadi ilmu alam. Pada era moderen ilmu ontologi berkembang pesat dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan menggabungkan dengan berbagai cabang kelimuan. Sehingga ilmu mampu didefinisikan berdasarkan pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam penyelidikan.[27]
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani: epistem, yang memiliki makna pengetahuan dan logos, yang memiliki makna ilmu. Sehingga epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan (thoiry of knowledg). Dalam sejarahnya, pengetahuan yang dikembangkan oleh para filusuf memanfaatkan dua sarana yaitu reason dan sense. Dari dua sarana itulah yang pengetahuan terus dikembangkan dan diproduksi. Para filusuf beranggapan bahwa pengetahuan berawal dari sikap skeptis atau mempertanyakan, dari pernyataan inilah kemudian timbulan epistemologi. Seperti pertanyaan Palto yang mengajukan beberapa pertanyaan; apa itu pengetahuan? Dan sejauh mana hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan yang benar?, dari pertanyaan inilah kemudian timbulah pertanyaan tentang lanjutan yang menjadi bahan dasar epistemologi, seperti: apa yang dapat saya ketahui? Bagaimana manusia dapat mengetahu sesuatu? Dan lain sebagainya. secara lebih spesifik epistemologi dalam filsafat epistemologi ilmu adalah metode ilmiah. Tujuan dari epistemologi adalah agara manusia mendapat pengetahuan yang benar dan sahih.
Perkembangan epistemologi pada masa selanjutnya langsung dlarikan pada abad moderen, yaitu pada masa Immanuel Kant. Perdebatan epistemologi pada masa pertengahan kurang bisa berkembang, dikarenakan pemikiran pada saat itu kurang memberikan rauang pada pemikiran filsafat secara mandiri, karena filssafat pada saat itu bawah kendali agama.
Sejarah Perkembanga Ilmu di Dunia Islam
Sejarah perkembanga ilmu filsafat di dunia Islam pada awal perkembangannya dilatarbelakangi oleh filsafat Yunani. Hal itu dibuktikan dengan adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat kedalam bahasa arab yang dilakukan sejak masa klasik Islam.[28]
Perkembanga awal filsafat Islam mulai tampak pada masa dinasti Abbasiyah yang berpusat di Bagdad. Sejarah Islam mencatat bahwa ilmu filsafat belum diketahui oleh orang Islam sebelum masa Dinasti Abbasiyah.[29] Perhatian terhadap ilmu filsafat meningkat ada masa pemerintahan Harus Ar-Rasyid yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Khalifah al-Makmun. Pada masa pemerintahannya banyak ilmuan yang dikirim Byzantyum untuk mencari manuskrip filsafat yang kemudian dibawa ke bagdad untuk diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Untuk keperluan penerjemahan khalifah al-Makmun, mendirikan Bait Al-Hikam di bagdad. Akan tetapi filsafat Islam tidak sepenuhnya meniru filsafat yang di kemukakan oleh para filusuf Yunani. Para filusuf Islam juga memasukan nilai-nilai religiusitas Islam dalam pemikiran pemikiran Filsafatnya.
Berdasarkan perkembangannya Harun Nasution berpendapat bahawa terdapat  periodesasi perkembanga Filsafat Islam dimulai dari Periode Kalsik ( 650-1250 M), Periode Pertengahan (1250M-1800 M) dan Periode Moderen ( 1800M-Sekarang)[30]
A.      Filsafat Islam Periode Klasik
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa dalam periode ini dimulialah perkembangan ilmu filsafat di dunia Islam, yang bersumber dari pemikiran pemikiran Yunani Kuno yang dipadukan dengan Agama Islam. Dengan adanya Ilmu filsafat ini Islam mampu membuka lebih luas cakrawala ilmu pengetahuan, sehingga itu berimbas pada perkebngan ilmu yang lain seperti budaya, pendidiakan, kedokteran sains dan lain sebagainya. Bisa dikatakan bawa pada priode awal ini Islam mengalami kejayaan terutama dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Di antar para filusuf pada periode ini adalah
1.      Al Kindi ( 801-873M)
Al Kindi merupakan salah satu filusuf pertama yang muncul dari kalangan Islam dan penulis pertama filsafat dalam bahasa Arab.[31] Al Kindi dilahirkan di Kufah, memperoleh pendidikan masa kecil di Bashrah tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di Bagdad. Ayahnya adalah gubenur Bashrah pada masa Khalifah Abasiyah. Al Kindi banyak terlibat dalam gerakan penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani. Salah satu karya termashurnya dalah History of Muslim Philosopy. Al-Kindi berpendapat bahwa agama dan filsafat tidak ada pertentangan, menurutnya tingakat filsafat tertinggi adalah mengetahuai kebenaran yang pertama dan Hakekat yang pertama itulah Tuhan (Allah). Al Kindi juga berpendapat tentang pengetahuan manusia yang terdiri dari 3 pengentahuan,
a.       Pengetahuan Idrawi, pengetahuan yang didapatka ketika mengamati suatu objek secara langsung, yang dapat berubah setiap saat.
b.      Pengetahuan Rasional, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal, yang tidak hanya melihat dari bentuk fisiknya tetapi hakikat dari manusia.
c.       Pengetahuan Syarqi, pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan atau dari Utusannya.
2.      Al Faraby  (872-950M)
Al-Faraby merupakan salah satu filusuf besar pada zamanya. Ia merupakan putra dari panglima perang Dinasti Samani di derah Persia. Al-Faraby merupakan salah satu keturunan Turki. Salah satu pemikiran Al-Faraby yang terpengaruh dari pemikiran Aristoteles dalam ilmu Logika bahwa akal murni itu esa adanya. Ia berpendapat bahwa akal itu terdiri dari tiga tingkatan yaitu
a.       Akal potensial yang menangkap bentuk bentuk benda
b.      Akal aktual yaitu akal yang menangkap konsep-konsep
c.       Akal mustafad yaitu yang menangkap inspirasi
B.       Filsafat Islam abad Pertengahan
Pada Periode pertengahan yaitu antara tahu 1250-1800M, Islam mengalami kemunduruan dalam berbagai aspek kehidupan. Ini dikarenakan pada masa ini Islam dalam keadaan yang tidak di untungkan, karena adanya perang salib yang meskipun Islam bisa dikatakan menang atau berhasil dalam mempertahankan wilayahnya, tetapi pada keyataannya hampir keseluruhan medan pertempuran perang salib berada diwilayah Islam, dengan adanya perang salib membuat konsentrasi Islam terhadap kajian ilmu pengetahuan terabaikan. Hal ini diperburuk dengan runtuhnya Baghdad sebagai salah satu pusat kota keilmua Islam akibat serangan dari bangsa mongol dan hancurnya kekhalifahan Ummayah 2 yang berada di Spanyol.
Salah satu filusuf yang lahir pada abad ini adalah Ibnu Khaldun, Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman Zaid Waliuddin bin Khaldun, yang lahir di Tunisia, pada tahun 1332. Pendidikan awal yang didapatkan Ibnu Khaldun yaitu agama, bahasa logika dan filsafat. Sebagai guru utamanya adalah ayahnya sendiri. Kemudian Ibnu Khaldun berpindah ke Maroko untuk menyelasikan pendidikan tingginya. Ibnu Khladun dikenal sebagai salah satu filusuf yang membahas tentang sejarah, beliau berpendapat bahwa sejarah memiki dua sisi, yaitu sisi dalam dan sisi luar. Dari sisi luar sejarah hanyatak lebih dari rekaman siklus priode dan kekusaan masa lampau, tetapi apa bila dilihat lebih mendalam bahwa sejarah merupakan penalaran kritis dan usaha untuk mencar kebenaran. Sejarah merupakan hubungan tentang sebab-sebab dan asal usul segala sesuatu. Definisi sejarah tentang demikian menurut Ibnu Khaldun menbawanya untuk berpendapat bahwa sejarah itu berakar dari filsafat (Hikmah)[32]
C.       Filsafat Islam Abad Moderen
Filsafat Islam abad moderen merujuk pada pembagian periodesasi sejarah. Periode ini di tandai dengan runtuhnya Dinasti Abbasiyah dan Ummayah dan digantikan dengan tiga kerjaan besar Islam yaitu Turi Ustmani, Syafawi, dan Kerajaan Mughol. Pada perkebangan filsafat pada abad moderen lebih ditekankan pada perkembangan filsafat pendidikan, salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan filsafat pendidikan Islam Moderen antara lain adalah Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), beliau berpendapat bahwa kelemahan umat Islam disebabkan karena adanya dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus dikembangkan kearah yang lebih moderen dan berorientasi ketuhidan.
Selain dalam hal pendidikan, pada periode ini para filusuf Islam juga mulai melakukan pembaharuan Islam, dikarenakan pada kondisi ini Islam mulai mengalami kemunduran setelah runtuhnya dinasti-dinasti Islam. Oleh sebab itu perlu adanya pembaharuan agar Islam mampu bertahan di tengah keterpurukan, salah satu pembaharuan ini adalah Muhammad Iqbal, ia merupakan salah satu inspiator kemerdekaan India menjadi Pakistan. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang kemunduran umat Islam dikarenakan adanya kebekua dalam pemikiran. Menurutnya bahwa hukum Islam harus dinamis bukan statis, karena hukum islam harus berkembang dengan membuka pintu-pintu ijtihat.
Untuk menjawab tantangan ini Muhammad Iqbal, menjawab dengan Teori Dinamika, pemikiran ini didasarkan pada berbagai teori alam yang dikemukakan oleh ilmuan seperti Einstein dan Newton, seihingga Muhammad Iqbal sampai pada suatu kesimpulan bahwa dunia (pemikiran) ini dinamis dan harus berkembang. teori yang dikemukakan oleh Muhmmad Iqbal harus diawai dengan kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan adanya teori ini Muhmaad Iqbal mencoba untuk menyelamatkan Islam dari keterpurukan.[33]
D.    Ontogi dan Epistemologi Filsafat Islam.
Ontologi adalah sebuah hakikat ilmu yang juga sebagai objek kajian ilmu. Jika ditinjau dari perspektif Islam, hakikat ilmu sendiri dibagi menjadi dua yaitu petama ilmu yang diperoleh tanpa adanya upaya dari manusia atau lebih dikenal dengan ilmu laduni, atau ilmu batiniah yang bukan merupakan hasil pemikira, atau ilmu yang diterima langsung melalui ilham, atau inspirasi dari tuhan. Kedua, ilmu yang diperoleh dari usaha yang dilakukan oleh manusia atatu ilmu Kasbi, jenis dari ilmu kasbi lebih banyak dibandingkan ilmu laduni. Pembagian hakikat ilmu ini dikarenakan adanya padangan dalam Al-Qur’an, bahwa terdapat hal-hal (ilmu) yang tidak dapat dicapai dengan usaha manusia. Lebih lanjut dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa selain terdapat wujud yang bersifa materil dan terindra, juga terdapat wujud yang imateril atau tidak terindra. Sehingga dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa objek ontologi Ilmu keislaman dalam pandangan Islam, mecakupa objek yang metrial maupun non metrial, fenomena maupun non fenomena dan wujud yang diketahui dan tidak diketahui.[34]
Epistemologi, adalah upaya manusia dalam menjawab pertanyaan atau metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu keislaman yang sebenar-benarnya. Pada intinya adalah ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu sebagaimana adanya. Dengan demikian ilmu bukan hanya sebagai sembarang pengetahuan atau sekedar opini, melainkan pengetahuan yang sudah teruji kebenarannya.[35] Dalam hal ini Islam memandang bahwa ilmu berasal dari sumber yang sama, akan tetapi memiliki objek yang berbeda-beda dan terus berkembang memasuki ruang sejarah dari waktu kewaktu.

III.             Kesimpulan
Ilmu filsafat Barat sudah mucul pada masa Yunani kuno, pada awalnya filusuf Yunani kuno lebih menfokuskan pada filsafat alam yang pada akhir Yunani kuno filsafat mulai berkembang, hingga menjadi akar-akar ilmu pengetahuan pada saat ini. Pada masa pertengahan ilmu filsafat kurang bisa berkembang. Hal ini merupakan akibat dari pengekangan gereja terhadap pemikiran filsafat, pemikiran filsafat yang tidak sesuai dengan gereja dihapuskan. Pada masa moderen para filusuf mencoba untuk keluar dari bayang-bayang gereja, oleh sebab itu pada masa inilah ilmu filsafat barat berkembang, ini dibuktikan dengan suburnya aliran filsafat dimulai dari Empirisme, Idealisme, Marxisime dan lain sebagainya. Kemudian pada masa kontemporer mulai di fokusknnya kajian filsafat pada bidang-bidang tertentu.
Ilmu filsafat Islam,baru muncul pada sekitar abad ke 8, yaitu pada masa Dinasti Abbasiyah yang melahirkan banyak pemikiran-pemikiran filsafat dan menjadi zaman keemasan filsafat Islam. Pada abad pertengahan filsafat Islam kurang bisa berkembang, hal ini dikarenakan Islam pada masa ini mengalami kemundurna yang diakibatkan perang salib dan kekalahan Abbasiya dan Umayah 2. Pada masa moderen dan kontemporer, para filusuf muslim menfokuskan kajiannya pada pemikiran filsafat yang ditujukan agar Islam mampu keluar dari keterpurukan dan kemundurna melalui pemikira-pemikiran pembaharuan.

Hasil Diskusi
1.      Mengapa Plato dikatan sebagai bapak filusuf Dunia?
2.      Dala sejarahnya filsafat Yunani terpengaruh dengan pengetahuan Mesir kuno, mengapa Yunani dikatakan lebih maju daripada Mesir?
Jawaban
1.      Plato dikatan sebagai bapak filusuf dunia karena Plato menjadi filusuf pertaman yang mampu memahamkan atau menggambaran filsafat yang awalnya hanya sebagai ilmu berada diawang-awang, mampu digambarkan dalam kehidupan sehari-hari melalui penjelasan dan metode yang ia gunakan dalam berfilsafat.
2.      Yunani mampu berkembanga lebih pesat dikarenakan ketika dia melihat sebuah fenomena tidak hanya berhenti pada keilmuan yang bersifat parktis akan tetapi dengan teoristis, sebagai contoh jika orang Mesir mengukur ketinggian sungai Nil sebagai tanda jalur tersebut dapat digunakan sebagai perdagangan, sedangkan orang Yunani mencoba untuk menjelaskannya secara teoritis seperti mengapa ketinggian sungai terjadi? apa penyebabnya? bagimana pengaruhnya? Dan lain sebagainya, sehingga keilmuan itu mampu berkembang, dengan adanya pertanyaan kritis yang bersifat teoritis.
Kiritik Makalah
1.      dalam makalah ini penulis belum bisa menggambarkan secara rinci pekembangan filsafat tiap-tiap periodenya, sehingga dalam pengambilan kesimpulan tiap priode belum valid, kemudian penulis kurang bisa mengetahui tokoh-tokoh yang terkenal pada masanya, penulis hanya berpedoman pada banyaknya refrensi yang didapatkan dalam sebuah buku.
2.      Penulis kurang bisa menjelaskan tentang bagaimana perkembangan dan penjelasan tetang ontologi, epistemologi dan aksologi dalam filsafat Islam. Sehingga perlu adanya kajian menadalam tentang beberapa pengertian diatas.
3.      dalam penyusuna makalah ataupun dalam penulisa makalah belum secara runcut dan sistematis, selain itu dalam penulisa juga masih terdapat banyak kesalahan ketik.

Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajawali Press.
Bertens, K. 1981. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
         ________ . 1983. Filsafat Moderen abad XX. Jakarta: Gramadia.
Biyanto. 2015. Filsafat Ilmu dan Ilmu ke Islaman. Yoggyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadiwijoyo, Harun. 1985. Sari Sejarah Filsafat 1. Yogyakarta: Kanisius.
Ibrahim. “Filsafat Islam dan perkembangannnya” Jurnal Aqida-TA UIN Alauddin Makasar, Vol. III. No.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kusumohamidjojo, Budiono. 2013. Filsafat Yunani Klasik. Yogyakarta: Jalansutra.
Muchsin. 2004. Iktishar Materi Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: STIH “IBLAM”.
Praja, S. Juhaya. 2013. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Russell, Bertrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Russell, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Terj. Sigit Jadmiko dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujati, Budi. “Konsep pemikiran Filsafat Seharah dan Sejarah menurut Ibnu Khaldun” Juranl UIN Sunan Gunung Jati Tamaddun, Vol. 6, No.2, Juli-Desember 2018.


[1] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 9.
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3] Muchsin, Iktishar Materi Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: STIH “IBLAM”, 2004), h. 3.
[4] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. Xiv.
[5] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat....h. 45.
[6] Ibid., 82.
[7] Budiono kusumohamidjojo, Filsafat Yunani Klasik, (Yogyakarta: Jalansutra, 2013), h. 17.
[8] Zainal Abidin, Pengantar... h. 83.
[9] Ibid., 84.
[10] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius, 1981), h. 26.
[11] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat...., h. 85.
[12] Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat 1, (Yogyakarta: Kanisius, 1985), h. 18.
[13] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat...., h. 91.
[14] Ibid., h. 94.
[15] K. Bertens, Sejarah Filsafat...., h. 104.
[16] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat...., h. 106.
[17] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jadmiko dkk, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 534.
[18] Ibid., 537.
[19] Ibid., 538.
[20] Ibid., 198.
[21] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat....., h. 108-110.
[22] Ibid., h. 114.
[23] Ibid., h. 120.
[24] Ibid., h. 123.
[25] K. Bertens, “Filsafat Moderen abad XX”, (Jakarta, Gramadia, 1983), 17.
[26] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat....., h. 129.
[27] Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu keIslaman, (Yogyajarta: Pustaka pelajar, 2015), 144.
[28] Juhaya S. Praja, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 35.
[29] Ibid., h. 36.
[30] Ibrahim, Filsafat Islam dan perkembangannnya, Jurnal Aqida-TA UIN Alauddin Makasar, (Vol. III, No 1), h. 15.
[31] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat..., h. 562.
[32] Budi Sujati, Konsep pemikiran Filsafat Seharah dan Sejarah menurut Ibnu Khaldun, Juranl UIN Sunan Gunung jati Tamaddun (Vol. 6, No.2, Juli-Desember 2018), h. 34.
[33] Juhaya S. Praja, Pengantar Filsafat....., h. 267.
[34] Biyanti, filsafat ilmu....., 177.
[35] Ibid., 178.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar